Kesimpulan disertasi ini adalah tentang pemikiran sufistik Abdul Wahab Rokan dalam membangun tradisi yang bersifat keagamaan, menurut beliau manusia dilahirkan untuk mengenal tuhan sang pencipta, kemampuan ini ada sebagai sebuah potensi yang sama pada seluruh manusia karena adanya ruh tuhan pada dirinya, potensi inilah yang disebut oleh islam Fitrah, oleh karena itu merupakan pembawa secara intrinsik, maka kecendrungan berketuhanan ini tidak bisa dielakkan oleh siapapun, kecendrungan bertuhan sebagai realitas mutlak dan absolut ini diekspresikan oleh sebagian orang dengan melakukan perbuatan dalam melakukan bentuk-bentuk ibadah seperti berdo’a, ibadah sholat, ibadah puasa dan ibadah-ibadah syariah lainya yang
bisa disebut dengan fiqih. Kemudian sebagian yang lainya melaksanakanya lebih dari kegiatan-kegiatan ibadah formal, yakni mendekatkan diri kepada tuhan dengan sedekat-dekatnya bahkan ingin sampai bersatu denganya, eksperesi yang kedua inilah yang kemudian disebut dengan tasawuf. Pemikiran sufistik Abdul Wahab Rokan dalam membangun tradisi yang bersifat keagamaan merupakan cerminan suatu cara ibadah masyarakat yang telah dilaksanakan secara turun temurun diadakan, sehingga masih aktif hinga sekarang. Suluk ini mengisi akan hubungan antara makhluk dengan tuhanya. Suluk merupakan metode pembinaan spritual untuk para pengikutnya, pelajaran ruhani seorang hamba yang di praktekkan dalam latihan-latihan ruhani (riyadhah ruhaniah) serta istiqomah untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. oleh karena itu untuk menuju kearah pencapaian maksud seseorang/salik harus menempuh beberapa proses tahapan yakni tahapan pengetahuan eksternalisasi, kepercayaan objektivitas baru kemudian tindakan (internalisasi). Pemikiran sufistik Abdul Wahab Rokan dalam membangun tradisi yang bersifat keagamaan, dijadikan sebagai tradisi kehidupan masyarakat yang masih tetap dipertahankan yang dalam hal ini tradisi suluk yang merupakan tradisi secara turun temurun yang berkembang di ranah Salafiyah yang secara terus menerus dipertahankan karena dianggap banyak memberikan manfaat kepada kehidupan masyarakat. Selanjutnya masyarakat rokan menganggap pemikiran Abdul Wahab Rokan dengan mengembangkan tradisi suluk di tengah masyarakat Rokan memberikan ketenangan jiwa dengan melakukan banyak berdikir kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan terjadi hubungan emosional yang kuat antara para pengikutnya terutama antara pengikut dengan pimpinannya (mursyid) terutama thoriqoh Naqsyabandiyah. Perspektif Al-Qur’an mengenai perubahan sosial ditemukan dalam dua isyarat yaitu anfus, taghyir, manusia terdiri atas dua komponen ruh dan jasad, ketika ruh di tiupkan maka sejatinya ya memiliki potensi untuk merasa, berfikir, dan berkehendak potensi tersebut menghasilkan tindakan. Dalam tatanan teoritis Disertasi ini memiliki kesamaan dengan Fuad Said (1987), Zikmal Fuad (2002), Parsudi Suparlan (1995), U. U. Hamidy (1992), M. Iqbal Irham (2010). M. Arif Abduh (2012), Ziaulhaq Hidayat (2016) M. Iqbal Irham (2010) Syawaluddin Nasution (2018) menyatakan di mana perubahan dalam diri manusia itu tidak terjadi dengan sendirinya namun ada pola-pola perilaku tertentu yang mendorong dan mempengaruhinya. Sementara perbedaan kajian penelitian disertasi ini dengan penelitian sebelumnya adalah John Locke (1632-1704) Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang menyatakan bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir, dan lingkungan tidak mempunyai pengaruh atas perkembangan manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir maudhu’i, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.