repository ptiq

Kepemimpinan dalam Perspektif Al-Qur’an (Pandangan Sa’id Hawwa dalam Al-Asâs fî al-Tafsîr dan Triloginya)

Amin, Mohamad (2015) Kepemimpinan dalam Perspektif Al-Qur’an (Pandangan Sa’id Hawwa dalam Al-Asâs fî al-Tafsîr dan Triloginya). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Kepemimpinan dalam Perspektif Al-Qur’an (Pandangan Sa’id Hawwa dalam Al-Asâs fî al-Tafsîr dan Triloginya)] Text (Kepemimpinan dalam Perspektif Al-Qur’an (Pandangan Sa’id Hawwa dalam Al-Asâs fî al-Tafsîr dan Triloginya))
2015-MOHAMAD AMIN-2012.pdf - Accepted Version

Download (1MB)

Abstract

Kajian ini membahas tentang Sa’id Hawwa dengan pemikirannya mengenai kepemimpinan. Tentang pemimpin dan bentuk kepemimpinan. Seperti halnya tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin lainnya, Sa’id Hawwa menganggap bahwa satu- satunya format kepemimpinan yang pas bagi umat Islam adalah kekhilafahan. Dalam terminologi Sa’id Hawwa kepemimpinan tertinggi dalam Islam disebut sebagai al-khilâfah al-‘uzma sedangkan yang memegang peranan sebagai pemimpin kekhilafahan disebut al-imâm al-a’zam.
Penganut politik Islam, mayoritas menggunakan dalil-dalil naqli dalam merumuskan pemahaman mereka. Baik itu dari Al-Qur’an maupun Hadis. Pada kenyataannya baik itu Al-Qur’an maupun Hadis tidak ada yang menjadikan kekhilafahan sebagai format resmi sebuah negara yang harus dipraktikkan oleh umat Islam. Hal itu mereka peroleh dari proses ijtihad mereka menyaksikan situasi pada zaman Nabi SAW. dan empat khalifah setelah beliau. Meskipun pada dasarnya hal itu masih diperdebatkan.
Bagi al-Mâwardî khalifah memiliki peran sebagai pengganti nabi. Dengan demikian ia bertanggung jawab mengurusi masalah dunia dan akhirat sekaligus. Sebagai ulama fiqh ia memiliki konsep ideal tentang ketatanegaraan sebagai mana yang terdapat dalam karyanya al-Ahkâm al-Shulthâniyyah. Berbeda dengan Ibn Taimiyah, pemahamannya terhadap teks-teks keagamaan menggiringnya kepada pemahaman bahwa kepemimpinan harus tetap eksis meskipun tidak mesti harus dalam bentuk kekhilafahan.
Tesis ini menggunakan metode (library reseach) penelitian yang difokuskan untuk menelusuri dan menelaah literatur-literatur serta buku-buku pustaka lainya yang relevan dengan masalah-masalah yang diangkat. Sumber primer dalam mengkaji pemikiran Sa’id Hawwa adalah Allâh, Rasûlullah dan al-Islâm. Sedangkan sumber-sumber sekunder di antaranya adalah Muqaddimah ibn Khaldûn, al-Ahkâm al-Shulthâniyyah, Tafsir al-Thabârî, dan lain sebagainya.
Kajiannya dilakukan secara deskriptif dan analitis, yakni penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain), pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Bagi Sa’id Hawwa kekhilafahan adalah harga mati. Hal ini ia padukan dengan pemikiran fiqhnya yang menganggap bahwa khilafah adalah fardhu kifayah. Untuk itu akan dianggap berdosa jika tidak ada yang memerjuangkannya. Menurut Sa’id Hawwa, memperjuangkan kekhilafahan saja telah menghilangkan beban dosa dari tidak berdirinya kekhilafahan.
Analisis yang muncul dari format khilâfah islâmiyyah ini adalah bahwa memperjuangkan kekhilafahan faktanya tidak akan mudah. Akan tetapi nilai-nilai yang terkandung di dalam bentuk pemerintahan ini, seperti nilai kebebasan bersuara, musyawarah dan lain sebagainya masih relevan untuk diterapkan disemua format kenegaraan dan mudah untuk diterapkan.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Program Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Andi Jumardi
Date Deposited: 29 Aug 2021 14:02
Last Modified: 29 Aug 2021 14:02
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/130

Actions (login required)

View Item
View Item