Kesimpulan disertasi ini adalah bahwa corak sejarah Islam dalam Tafsir al-Azhar memiliki corak riwayat. Ini karena corak sejarah Islam di dalamnya terdiri atas berita-berita sejarah yang menggunakan metodologi ilmu hadis, seperti perhatian terhadap keberadaan sanad. Sejarah Islam dalam Tafsir al-Azhar dituangkan oleh Hamka sejak sejarah Khalifah Abū Bakr aṣ-Ṣiddīq hingga sejarah dimana penulis Tafsir al-Azhar itu hidup. Tujuan pencantuman sejarah Islam dalam Tafsir al-Azhar untuk menawarkan agama Islam yang aplikatif, baik dalam kehidupan individu, masyarakat, dan negara. Relevansi sejarah Islam dalam Tafsir al-Azhar oleh penulisnya, Hamka, dimaksudkan selanjutnya untuk menggerakkan umat Islam, khususnya umat Islam Indonesia agar lebih giat mendakwahkan Islam dan melawan gerakan-gerakan yang merugikan agama
Islam, seperti gerakan sekularisasi dan gerakan komunisme. Relevansi sejarah Islam dalam Tafsir al-Azhar juga membahas tema wanita dalam Alquran. Disertasi ini memiliki persamaan kajian dengan Muhammad Amin (2007) yang membahas kualitas Asbāb an-Nuzūl dalam Tafsir al-Azhar sebagai salah satu diskursus sejarah Islam. Sebaliknya, disertasi ini memiliki perbedaan kajian dengan Yunan Yusuf (2003) yang membahas corak kalam dalam Tafsir al-Azhar, Abdul Rouf (2013) yang mengulas dimensi tasawuf dalam Tafsir al-Azhar, dan Muhammad Jamil (2008) yang mengkaji ayat-ayat aḥkām dalam Tafsir al-Azhar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode istiqrā’ī yaitu pemeriksaan halaman-halaman Tafsir al-Azhar lalu memilih data sejarah Islam yang ditulis Hamka yang menurut hemat peneliti sesuai dengan tema disertasi. Metode yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan untuk mengkonfirmasi data-data sejarah Islam yang dituangkan dalam Tafsir al-Azhar.