repository ptiq

Relasi Agama Dan Filsafat Dalam Tafsîr Al-Mishbâh Karya M. Quraish Shihab

Arifah, Nur Hamidah (2023) Relasi Agama Dan Filsafat Dalam Tafsîr Al-Mishbâh Karya M. Quraish Shihab. Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Naskah Tesis] Text (Naskah Tesis)
2023-NUR HAMIDAH ARIFAH-2020.pdf - Accepted Version

Download (2MB)

Abstract

Jalinan relasi antara agama dan filsafat di atas dapat ditemukan ketika keduanya membahas masalah ketuhanan serta etika sosial dan lingkungan. Ketika membahas masalah ketuhanan misalnya, agama dan filsafat saling meniscayakan eksistensi dan ketunggalan wujud Allah. Pada wilayah etika sosial dan lingkungan, agama dan filsafat sama-sama meyakini kefitrahan etika dan pentingnya membangun solidaritas kosmik terhadap seluruh bagian alam agar keselarasan mereka dapat terjaga. Dari sini, dapat dipahami bahwa agama dan filsafat dapat saling menopang dan meneguhkan dalam menciptakan kehidupan yang harmonis. Relasi yang terbangun antara agama dan filsafat dalam Tafsîr al-Mishbâh ini sejalan dengan pendapat Al-Kindi (189-257 H) dan Ibnu Rusyd (520-595 H) yang menyatakan bahwa agama dan filsafat dapat saling menopang dalam perannya sebagai penghasil kebenaran. Agama dan filsafat juga memiliki kesamaan pada tingkat teoritis dan praktis. Pada tingkat teoritis, agama dan filsafat saling meniscayakan eksistensi dan ketunggalan wujud Allah melalui kegiatan bertafakur atas segala sesuatu yang wujud. Pada tingkat praktis, keduanya sama-sama mendorong manusia untuk mencapai kehidupan moral yang lebih tinggi. Relasi konvergensi antara agama dan filsafat dalam penelitian ini berseberangan dengan pendapat Ibnu al-Shalah (577-643 H) dan Ibnu Taimiyah (661-728 H). Mereka menolak filsafat didasari suatu keyakinan bahwa kebenaran hanya bisa diperoleh melalui ajaran dalam Al-Qur`an dan Sunah sehingga menegasikan seluruh pemikiran asing seperti filsafat. Agama dan filsafat dipandang sebagai materi yang bergerak secara terpisah dalam memperoleh kebenaran. Ibnu al-Shalah sendiri mengarahkan penolakannya terhadap filsafat Yunani, bukan filsafat secara keseluruhan. Sedangkan Ibnu Taimiyah masih membuka celah untuk menerima pemikiran filsafat apabila memiliki kesesuaian dengan ajaran agama.Pandangan Quraish Shihab perihal agama dan filsafat bertitik tumpu pada pandangannya akan wahyu dan akal. Wahyu dan akal mendorong manusia untuk merenungkan keajaiban alam semesta yang menuntunnya untuk meniscayakan wujud Tuhan. Dengan bantuan wahyu dan akal, manusia juga mampu menelaah dan membedakan perbuatan baik dan buruk. Di samping itu, wahyu dapat membantu memahami berbagai persoalan yang tidak mampu dijangkau oleh akal, terutama menyangkut persoalan metafisika dan persoalan ibadah murni. Walaupun akal memiliki keterbatasan, akal dan wahyu masih sangat mungkin dipertemukan karena kesamaan tujuan keduanya untuk meniscayakan wujud Tuhan dan menciptakan manusia beretika.
Penelitian ini juga menghasilkan suatu teori bahwa semakin seseorang mengolaborasikan filsafat dan agama dalam hidup, semakin ia mampu bersikap bijak dalam membangun kehidupan. Teori ini berpijak pada pandangan K. Bertens yang menyatakan bahwa pemikiran filosofis mampu membawa manusia pada kebijaksanaan dalam memandang segala persoalan dalam kehidupan yang kompleks.
Pada akhirnya, filsafat dan agama dapat mengarahkan manusia pada keimanan dan tindakan-tindakan etis. Manusia yang beriman dan beretika dapat bertindak secara tepat dan mengatur kehidupan dengan baik.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Program Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Siti Mariam
Date Deposited: 04 Mar 2024 01:37
Last Modified: 04 Mar 2024 01:37
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1465

Actions (login required)

View Item
View Item