repository ptiq

Waqf Al-Mu’ânaqah dalam Al-Qur’an (Studi Perbandingan Penafsiran Konektif Thâhir bin ‘Asyȗr dan Wahbah al-Zuhaili)

Mahmud, Subhan Nur (2020) Waqf Al-Mu’ânaqah dalam Al-Qur’an (Studi Perbandingan Penafsiran Konektif Thâhir bin ‘Asyȗr dan Wahbah al-Zuhaili). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Waqf Al-Mu’ânaqah dalam Al-Qur’an (Studi Perbandingan Penafsiran Konektif Thâhir bin ‘Asyȗr dan Wahbah al-Zuhaili)] Text (Waqf Al-Mu’ânaqah dalam Al-Qur’an (Studi Perbandingan Penafsiran Konektif Thâhir bin ‘Asyȗr dan Wahbah al-Zuhaili))
2020-SUBHAN NUR MAHMUD-2016.pdf - Accepted Version

Download (1MB)

Abstract

Kesimpulan tesis ini adalah penafsiran konektif dapat dijadikan sebagai metode dalam memahami ayat-ayat Al-Qur‟an yang memiliki konektivitas lafazh dan makna. Penelitian tesis ini menghasilan 3 (tiga) temuan yaitu rumusan struktur waqf al-mu’ânaqah, tafsir konektif sebagai metode memahami ayat-ayat melalui pendekatan konektivitas, serta fakta multi interpretasi pada ayat waqf al-mu’ânaqah.
Rumusan metode ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan penjelasan tentang waqf al-mu’ânaqah hanya pada tataran simbolik belaka, padahal simbol waqf ini menyimpan khazanah interpretasi teks dari sudut gramatika maupun pemahaman konektif. Beberapa literatur turats maupun modern tentang ilmu Al-Qur‟an dan tafsir belum membahas “keunikan” waqf almu’ânaqah secara komprehensif, padahal waqf ini memberikan pengaruh signifikan terhadap dwi-interpretasi ayat. Demikian pula, salah satu akar perbedaan pemikiran ulama dalam tema tertentu adalah perbedaan dalam menentukan tempat berhenti (waqf) dan memulai (ibtidâ’) pada ayat-ayat mu’ânaqah.
Jumlah ayat-ayat mu’ânaqah sangat sedikit. Menurut hitungan ulama kufah, jumlah ayat Al-Qur‟an adalah 6236 ayat, sedangkan jumlah ayat mu’ânaqah—menurut Abdul Aziz bin Ali al-Harbi—sebanyak 39 ayat atau sekitar 0,61%. Namun demikian, waqf al-mu’ânaqah ditempatkan secara khusus pada ayat-ayat yang memiliki konektivitas makna dua arah antara satu ayat dengan ayat setelahnya dan sebaliknya atau antara satu kalimat dengan kalimat setelahnya dan sebaliknya. “Keunikan” inilah yang menjadi pembeda antara mu’ânaqah dengan munâsabah (korelasi) yang telah menjadi salah satu metode memahami ayat-ayat Al-Qur‟an melalui pendekatan korelatif.
Penelitian tesis ini menggunakan metode komparatif antara penafsiran konektif Thâhir bin Asyȗr sebagai representasi mufassir klasik dan Wahbah al-Zuhaili sebagai representasi mufassir kontemporer. Kedua mufassir tersebut menjelaskan konektivitas dwi interpretasi ayat-ayat mu’ânaqah dari sudut pandang gramatika, serta memiliki perbedaan dan persamaan dalam peletakan waqf al-mu’ânaqah. Perbedaan keduanya dapat terlihat dari cara pengambilan arah konektivitas ayat atau kalimat.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Program Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Andi Jumardi
Date Deposited: 19 Aug 2021 05:13
Last Modified: 19 Aug 2021 05:13
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/37

Actions (login required)

View Item
View Item