ABSTRAK
Pandangan masyarakat Kepulauan Riau terhadap Raja Ali Haji
lebih kepada sebagai sosok sastrawan daripada sebagai ahli agama karena
kealiman beliau tertutupi oleh karya-karya sastranya. Gurindam Dua
Belas, misalnya. Ini disebabkan dua hal, yaitu: pertama, karena
masyarakat sudah tidak lagi menyelami nilai-nilai Qur’ani pada
Gurindam Dua Belas (GDB) sehingga GDB hanya sekedar bacaan yang
indah. Kedua, karena Raja Ali Haji tidak lagi diperkenalkan sebagai
sosok ulama yang masyhur pada zamannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi
kepustakaan (library research) yang bersifat deskriptif analitis melalui
kajian tokoh yakni, biografi Raja Ali Haji dan seluruh karyanya termasuk
Gurindam Dua Belas. Sebenarnya sudah banyak sekali yang meneliti
tentang beliau, tapi umumnya hanya sekedar membahas tentang sastra
dan bahasa. Meskipun sudah ada beberapa peneliti yang menghubungkan
dengan nilai-nilai keislaman tapi tidak secara rinci membahas tentang
interaksi Raja Ali Haji terhadap nilai-nilai al-Qur’an. Posisi penulis disini
adalah ingin melengkapi sekaligus memperjelas bahwa Raja Ali sosok
ulama yang mampu membumikan al-Qur’an melalui sastra GDB.
Penulis menemukan ada 33 ayat al-Qur’an yang beliau tampilkan
dalam seluruh karyanya, dan hampir seluruh ayat-ayat tersebut
berhubungan dengan apa yang Raja Ali Haji sampaikan dalam Gurindam
Dua Belas. Kemudian penulis merekonstruksi kesemua ayat itu dalam
GDB. Selain itu, penulis juga melakukan teknik memunculkan ayat
berdasarkan nilai-nilai al-Qur’an yang beliau sampaikan melalui GDB
tersebut.
Kata kunci: Raja, Gurindam, Qur’ani