repository ptiq

Wawasan Al-Qur’an tentang Respon Iblis terhadap Perintah Sujud (Sebuah Pendekatan Teologis dan Sufistik)

Muhtolib, Muhtolib (2018) Wawasan Al-Qur’an tentang Respon Iblis terhadap Perintah Sujud (Sebuah Pendekatan Teologis dan Sufistik). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Wawasan Al-Qur’an tentang Respon Iblis terhadap Perintah Sujud (Sebuah Pendekatan Teologis dan Sufistik)] Text (Wawasan Al-Qur’an tentang Respon Iblis terhadap Perintah Sujud (Sebuah Pendekatan Teologis dan Sufistik))
2018-MUHTOLIB-2015.pdf - Accepted Version

Download (1MB)

Abstract

Kesimpulan Tesis ini adalah wawasan Al-Qur‟an tentang respon Iblis terhadap perintah sujud. Iblis menolak untuk sujud kepada Adam, dengan alasan ia merasa lebih baik dan terhormat dari pada Adam. ia diciptakan dari api sementara Adam dari tanah. Ia berlaku sombong dan berbuat fasik terhadap perintah Allah. SWT. Dengan menolak perintah sujud tersebut, maka Iblis termasuk dalam golongan kafir.
Hal menarik lain yang terdapat dalam penelitian ini, bahwa menurut penafsiran teologis Perintah sujud, adalah merupakan sebagai bentuk ketundukan seorang makhluk kepada Tuhan, sebagai penghormatan, serta bukan sebagai bentuk ibadah. Adapun keengganan Iblis untuk sujud kepada Adam, merupakan pembangkangan yang disebabkan oleh sifat kesombongan, iri hati dan kedengkian. Penolakan Iblis untuk sujud kepada Adam, yang akhirnya mengakibatkan ia masuk ke dalam golongan kafir.
Tesis ini memiliki kesamaan pendapat dengan: Muhammad Abduh, al-‟Allamah Kamal Faqih Imani, al-Râzî, al-Marâghî, al-Zamakhsyarî, al-Qasimî, Jalal al-Dîn al-Suyûthi, Ibnu Katsîr, al-Baidhawî, al-Baghawî, al-Samarqandî Ahmad al-Shâwî, Sayyid Quthub, Fazhlu al-Rahman, Hamka, dan M. Quraish Shihab, Yang menyatakan bahwa keengganan Iblis untuk sujud kepada Adam disebabkan oleh sifat kesombongan.
Sementara dalam tesis ini juga memiliki penafsiran yang berbeda antara penafsiran ulama teologis, dengan penafsiran ulama sufistik. Sebagian ulama ahli sufi beranggapan bahwa, perintah sujud kepada Adam adalah sebagai bentuk ibadah. Hal ini, seperti kesamaan dalam pandangannya al- Bursawî, al-Jilânî, al-Tustarî, al-Qusyairî. Selanjutnya, keengganan dan penolakan Iblis untuk sujud kepada Adam adalah sebagai bentuk (taqdis), yakni mensucikan Tuhan akan penegasan, yang pada hakikatnya adalah ketaatan kepada Tuhan. Iblis menolak perintah sujud kepada Adam, karena ia beralasan perintah sujud itu adalah sebagai bentuk ujian ketauhidan. Sehingga ia tidak mau sujud kepada makhluk. Ia hanya mau sujud kepada Allah. Pada akhirnya Allah mengampuni dosanya dan memasukkannya ke dalam surga. Hal ini sepaham dengan pandangan ulama sufistik seperti al-Tustarî, al-Qusyairî, al-Hallâj, Mulla Shadra, dan Ibn Arabi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: dengan menggunakan metode tafsir tematik (maudhu‟i), dan bersifat kepustakaan (library research). Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan teologis dan sufistik.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200. Agama > 297. Islam > 297.3. Ibadah
200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Program Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Andi Jumardi
Date Deposited: 19 Aug 2021 07:51
Last Modified: 19 Aug 2021 07:51
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/46

Actions (login required)

View Item
View Item