repository ptiq

Hermeneutika Eksistensial Transendental: Rekonstruksi Terhadap Konsep Al-Qur'an Dan Kenabian

Mulyani, Mulyani (2022) Hermeneutika Eksistensial Transendental: Rekonstruksi Terhadap Konsep Al-Qur'an Dan Kenabian. Doctoral thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Naskah Disertasi] Text (Naskah Disertasi)
2022-MULYANIH-2015.pdf - Accepted Version

Download (2MB)

Abstract

Stratifikasi wahyu dalam pandangan Arkoun dan Abû Zayd yang menyatakan bahwa wahyu pada level transenden (Arkoun) atau kalamullâh (Abû Zayd) besifat melampaui sejarah sehingga tidak akan pernah dapat dijangkau oleh manusia. Sementara wahyu pada tingkat pengalaman kenabian berupa wahyu korpus terbuka (Arkoun) atau wahyu (Abû Zayd) merupakan wahyu yang bersifat historis, relatif, dinamis serta berdialektika dengan konteks sosio historis bangsa Arab era kenabian. Stratifikasi wahyu model ini berimplikasi menimbulkan problem filosofis dan teologis. Jika tidak ada seorangpun manusia yang dapat menjangkau kalamullâh pada level transenden sebagaimana stratifikasi wahyu ini, maka selamanya klaim kenabian menjadi absurd. Pesan Tuhan tidak pernah sampai pada manusia. Stratifikasi ini membuat jurang antara dimensi sakral dan profan tidak terjembatani. Melalui hermeneutika eksistensial transendental Mullâ Shadrâ, relasi ini dapat diantisipasi melalui pandangan bahwa adanya kesatuan realitas eksistensi antara manusia, Al-Qur‟an dan alam. Manusia hadir pada beragam tingkat eksistensi: eksistensi alam material, eksistensi alam imajinal, eksistensi alam immaterial esoterik transendental. Artinya ketiga tingkat alam itu (zahir dan batin) hadir pada diri manusia. Realitas Al-Qur‟an hadir pada ketiga tingkatan alam ini. Manusia, Al-Qur‟an dan alam merupakan tiga aspek dari realitas eksistensi yang tunggal. Nabi dan wali sebagai manusia yang telah mengaktualkan seluruh potensi kemanusiaannya, hadir secara langsung dan menyatu dengan realitas ketuhanan pada dimensi esoteric transendental. Sementara pada dimensi tubuh materialnya, Nabi merupakan manusia biasa yang menyejarah dan tentu saja berdialektika dengan konteks historis kehidupannya. Dimensi pengalaman esoterik transenden kenabian mengalir dan menemukan bentuk dalam konteks historis yang beragam, namun aspek objektif pada wilayah perenialnya, tetap terjaga. Seluruh Nabi dan wali memiliki pengalaman tunggal pada wilayah objektif ini namun memiliki keragaman pada wilayah subjektif dialektika historisnya. Ini merupakan kesimpulan disertasi ini. Penelitian disertasi ini menggunakan pendekatan hermeneneutika fenomenologi esoterik Henry Corbin yang berupaya menyingkap dimensi pengalaman kehadiran jiwa pada dimensi-dimensi terdalam dan “tidak terduga” yang ada di balik pengalaman keagamanan perjalanan rohani para eksistensialis (sufi). Hermeneutika Paul Ricoeur digunakan dalam menganalisis relasi objektivitas teks bersifat simbolik terhadap refleksi filosofis eksistensi subjek mufasir (hermeneut). Refleksi filosofis bersifat eksistensialis atas struktur ontologi dasein Heidegger juga turut diletakkan sebagai kenyataan subjek manusia yang “menjadi” yang dijelaskan dalam kerangka teori gerak trans-substansial Mullâ Shadrâ. Mode penyingkapan eksistensial 'irfan kenabian sufisme, dapat menyelesaikan problem filosofis dan teologis yang diimplikasikan dari stratifikasi wahyu Abû Zayd dan Arkoun. Berdasarkan wilayah kajian dan metodologi yang digunakan penelitaian ini bersifat filosofis, fenomenologis dan eksistensial dengan mengunakan analisis konten bersifat komparatif. Penelitian ini sejalan dengan pandangan filsafat transcendental (ḥikmah muta‟âliyah) Mullâ Shadrâ dan tasawuf teoretis Ibn „Arabî. Penelitian ini tentu saja juga sejalan dengan hermeneutika Henry Corbin dan penafsirnya Thomas Cheetham, Muhammad Iqbal, Toshihiko Izutsu, Seyyed Hossein Nasr, Latimah Parvin Peerwani. Temuan disertasi ini tidak sejalan dengan hermeneutika Al-Qur‟an muslim modernis seperti Arkoun, Abû Zayd, Hasan Hanafi, al-Jabîrî dan para liberal Arab pada umumnya. Temuan disertasi ini juga tidak sejalan dengan neo-tradisionalis kalangan para pengusung islamisasi ilmu pengetahuan baik Syed Muhammad Naquib al-Attas maupun Ismail Raji al-Faruqi.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Program Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Siti Mariam
Date Deposited: 11 Sep 2022 04:14
Last Modified: 11 Sep 2022 04:14
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/624

Actions (login required)

View Item
View Item