repository ptiq

Relasi Budaya Minang Dan Al-Qur’an Dalam Perkawinan Adat Di Minangkabau

Taufiq, Muhammad (2019) Relasi Budaya Minang Dan Al-Qur’an Dalam Perkawinan Adat Di Minangkabau. Doctoral thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Naskah Disertasi] Text (Naskah Disertasi)
20219-MUHAMMAD TAUFIQ-2016.pdf - Accepted Version

Download (2MB)

Abstract

Kesimpulan dari disertasi ini adalah bahwa budaya Minangkabau memiliki hubungan dengan Al-Qur’an dengan mengusung teori relasi. Hal ini berdasarkan deskripsi bahwa tidak ditemukan budaya pernikahan Minangkabau yang bertentangan dengan nilai-nilai universal yang ada dalam Al-Qur’an. Adagium Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABSSBK) merupakan bentuk relasi positif Al-Qur’an dengan budaya Minang dalam bentuk yang sebenarnya. Sebagai satu kekhasan budaya Minang, matrilinial dipandang pokok persoalan yang memunculkan banyak implikasi, seperti larangan nikah sasuku, matrilokal, harta pusaka tinggi. Penulis berbeda dengan tokoh yang menyatakan bahwa matrilinial Minang beserta implikasinya bertentangan dengan nilai-nilai yang dibawa Al-Qur’an. Hal menarik dari penelitian ini adalah dari perspektif komprasi, tidak ditemukan perbedaan mendasar antara budaya pernikahan di Minangkabau dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Bahkan budaya Minang lebih merinci ketentuan umum pernikahan berdasarkan prinsip raso jo pareso. Disertasi ini berbeda dengan tokoh yang memandang sistem kekerabatan matrilinial Minang beserta implikasinya bertentangan Al-Qur’an seperti Ahmad Khatib al-Minangkabawi dan Hazairin yang menyatakan system kekerabatan matrilinial tidak dianut Islam sehingga tidak ada larangan nikah sasuku, tidak memakai prinsip matrilokal, serta tidak menganut sistem harta pusaka tinggi, rendah dan pencarian. Temuan disertasi ini sejalan dengan Syekh Sulaiman Arrasuli, Inyiak Rasul, Amir Syarifuddin, Hamka, Khairuddin Nasution, Yaswirman, dan A.A. Navis, yang secara umum berpendapat bahwa Islam tidak menentukan system kekerabatan tertentu sehingga matrilinial Minang beserta implikasinya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip universal dalam Al-Qur’an. Disertasi ini menemukan nilai-nilai universal yang dikandung Al-Qur’an dalam pernikahan Minangkabau, yaitu 1) berporos egaliteranisme, 2) musyawarah dalam prosesi, 3) menciptakan keadilan, dan 4) ta’âwun dalam pelaksanaan. Disertasi ini juga menemukan tiga bentuk nilai-nilai pernikahan di Minang menuju qur’anic culture; revitalisasi peran kepala rumah tangga, reinterpretasi pola peilihan jodoh, dan redefinisi eksogami matrilokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan metode penafsiran mawdhu’î, sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui library research. Tahapan dalam penelitian ini melalui tiga langkah, yaitu tahapan deskripsi komparasi dan tujuan penelitian.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Program Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Siti Mariam
Date Deposited: 05 Nov 2022 02:53
Last Modified: 05 Nov 2022 02:53
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/686

Actions (login required)

View Item
View Item