repository ptiq

Poligami dalam Pandangan Ulama Yang Tidak Menikah

Faizah, Nur (2016) Poligami dalam Pandangan Ulama Yang Tidak Menikah. Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Poligami dalam Pandangan Ulama Yang Tidak Menikah] Text (Poligami dalam Pandangan Ulama Yang Tidak Menikah)
2016-NUR FAIZAH-2014.pdf - Accepted Version

Download (1MB)

Abstract

Kesimpulan tesis ini setelah melakukan perbandingan penafsiran dari ath- Thabari (839-923 M.) dan az-Zamkhsyari (1075-1143 M.) dengan para mufassir sezamannya yang menikah, dan juga membandingkan penafsiran sayyid Quthb (1906-1966 M.) dengan ulama kontemporer lainnya yang menikah, ternyata tidak terdapat adanya perbedaan penafsiran yang dipengaruhi alasan yang mendasari pilihan para ulama untuk tidak menikah. Perbedaan yang muncul diantara para mufassir tentang poligami justru dipengaruhi oleh (1) landasan pemikiran dan aliran teologi yang dimiliki oleh para ulama, (2) faktor sosio-kultural lokal dan masa (3) perkembangan zaman yang menimbulkan berkembangnya pemikiran.
Adapun sumber perdebatan teologis tentang praktik poligami adalah penafsiran yang berbeda terhadap Al-Qur’an surat an-Nisâ`/4 :3. Secara umum perdebatan terbagi menjadi tiga kelompok, pertama, mereka yang berpendapat bahwa ayat tersebut, secara eksplisit menjelaskan bahwa poligami hukumnya mubah dengan syarat adil dalam hal materi, didukung dengan alasan bahwa Rasulullah berpoligami, pendapat ini dipegang oleh hampir semua mufassir klasik termasuk ath-Thabari dan az-Zamakhsyari, sedangkan di kalangan ulama kontemporer yaitu: al-Albany, Abdul Qadir jawaz (2012), kelompok kedua dan ketiga, berpendapat bahwa ayat tersebut tidak boleh hanya dipahami secara tekstual, akan tetapi harus memperhatikan konteks turunnya ayat secara komprehensif. Sehingga dari sini, kelompok kedua berpendapat bahwa poligami hanya dibenarkan dalam kondisi darurat. Pendapat ini dipegang oleh sayyid Quthb, Wahbah az-Zuhaily (1985) Hamka (w.1981), Quraish Shihab (2002) dan pendapat ini dipegang oleh sebagian besar mufassir kontemporer. Sementara kelompok ketiga hanya melihat ayat ini sebagai rangkaian ayat yang berbicara tentang perlakuan adil terhadap anak yatim dan keluarga, bukan dalam konteks memotivasi apalagi mengapresiasi poligami. Karena memang tradisi pada masa itu poligami adalah salah satu tradisi pernikahan yang lumrah. Pendapat ini dipegang antara lain oleh Muhammad Abduh (w.1905), Amina Wadud (1999) musdah Mulia (2004) Zaitunah Subhan (2008). Keadilan dalam cinta yang menurut kelompok pertama bukan sebagai syarat pernikahan poligami ( an- Nisâ`/4:129), justru merupakan perpanjangan tangan dari gagasan kuno yaitu pernikahan sebagai penundukan. Tentunya hal ini bertentangan dengan dengan ruh pernikahan dalam islam yang seharusnya berlandaskan sâkinah, mawaddah dan rahmah.
Metode penafsiran yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah metode tafsir maudhû’i (tematik) dan metode tafsir muqâran (komparasi) dengan pendekatan kualitatif.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
200. Agama > 2X4. Fiqih, Hukum Islam > 2X4.3. Hukum Keluarga, Hukum Perkawinan, Hukum Pernikahan Menurut Islam, Munakahat > 2X4.31. Perkawinan, Pernikahan > 2X4.315. Poligami Menurut Islam
2X4. Fiqih, Hukum Islam > 2X4.3. Hukum Keluarga, Hukum Perkawinan, Hukum Pernikahan Menurut Islam, Munakahat > 2X4.31. Perkawinan, Pernikahan > 2X4.315. Poligami Menurut Islam
Divisions: Program Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Andi Jumardi
Date Deposited: 22 Aug 2021 07:00
Last Modified: 22 Aug 2021 07:00
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/86

Actions (login required)

View Item
View Item