repository ptiq

Pluralisme Agama Dalam Al-Qur'an (Telaah Hermeneutik Terhadap Al-Qur'an Tarjamah Tafsiriyah Muhammad Thalib)

Ulya, Alfata (2022) Pluralisme Agama Dalam Al-Qur'an (Telaah Hermeneutik Terhadap Al-Qur'an Tarjamah Tafsiriyah Muhammad Thalib). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Naskah Tesis] Text (Naskah Tesis)
2022-ALFATAYA ULYA-2017.pdf - Accepted Version

Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini hadir untuk menjawab permasalahan apakah latar belakang Majelis Mujahidin Indonesia yang radikal mempengaruhi penerjemahan dari pada terjemah tafsiriyah yang ditulis oleh Muhammad Thalib, karena apabila terjemah tafsiriyah tersebut terpengaruh dengan tendensi pribadi dan atau kelompok yang di luar batas kewajaran (tidak dapat ditolerir) maka tidak benar bagi masyarakat —khususnya kaum muslim— untuk membaca atau menerapkannya dalam kehidupan. Dan sebaliknya bila tidak terpengaruh atau masih dapat ditolerir keterpengaruhannya maka menjadi tidak masalah untuk membaca dan menerapkannya.
Hermeneutika historis dari Wilhelm Dilthey yang berporos pada teori erlebnis, ausdruk, dan verstehen. Menurutnya dengan tiga hal itu cukup untuk mengiterpretasikan makna dari sebuah teks maupun psikologi, berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Schleiermacher sebagai pendahulunya yang mengaggap bahwa untuk bisa menginterpretasikan makna maka kita harus menyelami alam pemikiran penulis dengan berempati, dengan demikian bahkan kita bisa menemukan makna sesunggunya.
Teori pluralisme agama sebagai sikap terhadap pluralitas agama di Indonesia juga melahirkan beberapa perdebatan dalam lingkup literasi seperti terjemah pada Al-Qur'an Tarjamah Tafsiriyah dan terjemah pada umumnya yang diterbitkan Kemeterian Agama RI yang terlihat khususnya saat menerjemahkan Al-Baqarah/2:62 dan umumnya pada ayat-ayat yang lain dalam ranah pluralisme agama. Begitu juga dengan metode penerjemahan yang diterapkan saat menerjemahkan Al-Qur'an, menurut Muhammad Thalib dalam buku Koreksi Terjemah Harfiyah Kementerian Agama mengatakan bahwasanya satu-satunya metode yang boleh dan benar dalam menerjemahkan Al-Qur'an adalah metode tafsiriyah, sedangkan menurut Ahsin Sakho Muhammad dalam penelitian yang berjudul “Model Penerjemahan Al-Qur'an Tafsiriyah Ustad Muhammad Thalib”, menilai, menerjemahkan Al-Qur'an merupakan bagian ijtihad. Di dunia pesantren, tradisi menerjemahkan Al-Qur'an di luar versi Kemenag sudah menjadi hal yang biasa dalam proses belajar mengajar. Yunahar Ilyas, Guru Besar Ilmu Tafsir Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sependapat.
Tesis ini memiliki kesamaan dengan pendapat dengan Nur Cholis Majid (2005) yang berpendapat bahwa pluralisme agama merupakan paham yang mengatakan bahwa semua agama memiliki kebenaran, Rizqa Ahmadi (2015), Zakaria Husin Lubis (2020) yang mengatakan tentan pembagian metode penerjemahan terbagi menjadi dua yaitu 1) metode harfiyah dan, 2) metode tafsiriyah, serta Anwar Kurniawan (2018) yang mengatakan al-Quran tarjamah Tafsiriyah merupakan sebuah karya yang subyektif.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Program Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Siti Mariam
Date Deposited: 04 Feb 2023 09:09
Last Modified: 04 Feb 2023 09:09
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/928

Actions (login required)

View Item
View Item