Gozali, Aktobi (2022) Argumentasi Rasionalitas mukjizat Dalam Pendekatan Tafsir Falsafi. Doctoral thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2022-AKTOBI GOZALI-2015.pdf - Accepted Version
Download (2MB)
Abstract
Kesimpulan disertasi ini adalah konstruksi dialektika argumentasi rasionalitas mukjizat tidak terlepas dari konstruksi landasan teologis sebagai pijakan.Bagi Asy’ariyah konstruksi argumentasi rasionalitas mukjizat didasarkan pada prinsip kekuasaan Tuhan yang tak terbatas.Kekuasaan Tuhanlah yang menjadi basis arguumentasinya.Bagigolongan rasionalis Islam seperti Mu’tazilah, bangunan argumentasi rasionalitas mukjizat didasarkan pada prinsip keadilan dan sunnatullah sebagai hukum universal yang tetap dan tidak berubah.Sedangkan filosof muslim seperti ibnu Rusyd membangun argumentasi rasionalitasnya pada prinsip penalaran dan pembuktian logis (burhani). Dari diskursus di atas, teori demitologisasi memaknai mukjizat sebagai hal rasional karena mukjizat dipandang sebagai bagian daricara masyarakat masa lalu memahami dunia. Melalui demitologisasi, argumentasi rasionalitas mukjizat dibangun. Demitologisasi memandang bahwa mukjizat bukanlah hayalan, imaginasi, atau cerita fiktif, melainkan bagian dari cara masyarakat masa lalu memahami realitas sebagaimana masyarakat modern memahami dunia melalui sains dan tekonologi. Karena itulah narasi mukjizat dalam al-Quran akan selalu terbuka untuk dimaknai untuk merespon persoalan masa kini dan masa yang akan datang, al-Qur`ân shâliẖ likulli zamân wa makân, sehingga nilai-nilai dan pesan moral sebagai inti dari seluruh risalah kenabian sepanjang masa menjadi sangat relevan untuk terus digali dan diamalkan.Teori demitologisasi ini menggugah kesadaran pembaca untuk tidak terjebak pada perdebatan retorik artifisial tentang objektivikasi mukjizat sebagai mukjizat itu sendiri--persoalan historis-ahistoris, ilmiah-tidak ilmiah, dan rasional-tidak rasional-- melainkan mukjizat sebagai media tersampaikannya pesan dan risalah dari para nabi untuk kaumnya. Kesimpulan ini semakin menegaskan bahwa pemaknaan terhadap ayat-ayat dan kisah-kisah mukjizat yang bervisi ke depan jauh lebih penting ketimbang menempatkan mukjizat sebagai data historis.
Temuan menarik dalam disertasi ini adalah filsafat sebagai perspektif untuk menangkap pesan metaforik Al-Qur’an.Pendekatan tafsir falsafi bukanlah sebagai corak atau model penafsiran semata, melainkan menjadi kerangka metodologis dalam menafsirkan Al-Qur’an.Dari disertasi ini nampak bahwa pendekatan tafsir falsafiselalu terbuka terhadap berbagai kemungkinan sebuah upaya tafsir.Dengan karakternya yang dinamis dan kritis, pendekatan falsafi mampu berdialektika dengan berbagai temuan ilmiah-empirik mengenai mukjizat maupun temuan makna rasional lainnya. Selain itu, kata “mitos” yang “kadung” dimaknai sebagai “tidak rasional”, di sini justru “mitos” dipandang sebagai hal “rasional”. Dengan kata lain, mitos dan sains mempunyai rasionalitasnya sendiri-sendiri.
Dalam disertasi ini penulis tidak masuk ke dalam dua kutub pandangan yang berbeda antara kaum tafsir tekstualis di satu sisi maupun tafsir bial-ra’y yang menekankan pada takwil saat menghadapi ayat-ayat mukjizat di sisi lain. Posisi penulis justru masuk kepada persoalan bagaimana proses dialektika epistemik di kalangan penafsir Al-Qur’an. Dalam disertasi ini penulis menempatkan mukjizat sebagai fenomena yang mengandung pesan metaforik yang tetap sejalan dengan rasionalitas manusia, sunnatullâh, dan nilai-nilai etis, pesan moral universal kemanusiaan lainnya sebagai titik tolak risalah kenabian dan kerasulan.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Siti Mariam |
Date Deposited: | 08 May 2023 02:38 |
Last Modified: | 08 May 2023 02:38 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1023 |