repository ptiq

Istri dalam Perspektif Mufassir Yang Tidak Menikah Studi Komparasi Tafsir al-Tabari dan Tafsir Fi Zilal al-Qur’an

Cholik, Adib Minanul (2016) Istri dalam Perspektif Mufassir Yang Tidak Menikah Studi Komparasi Tafsir al-Tabari dan Tafsir Fi Zilal al-Qur’an. Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Istri dalam Perspektif Mufassir Yang Tidak Menikah Studi Komparasi Tafsir al-Tabari dan Tafsir Fi Zilal al-Qur’an] Text (Istri dalam Perspektif Mufassir Yang Tidak Menikah Studi Komparasi Tafsir al-Tabari dan Tafsir Fi Zilal al-Qur’an)
2016-ADIB MINANUL CHOLIK-2014.pdf - Accepted Version

Download (1MB)

Abstract

Kesimpulan tesis ini adalah: setidaknya ada tiga term yang sering digunakan Al-Qur’an untuk menunjukkan makna istri, yaitu imra’ah, al-nisa>’ dan al-zawj. Dalam perspektif mufassir yang tidak menikah ketiga term tersebut ternyata tidak sinonim (mura>dif). Temuan ini tentunya berbeda dengan pendapat tokoh yang sepakat dengan adanya sinonimitas di dalam Al-Qur’an
Hal menarik yang menjadi temuan peneliti adalah penggunaan kata al-zawj digunakan untuk konteks kehidupan suami istri yang benar-benar memiliki rasa cinta dan kasih sayang dan yang sudah mempunyai keturunan. Adapun penggunaan kata imra’ah dalam Al-Qur’an digunakan dalam konteks kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis, atau tidak seiman. Sedangkan lafadz al-nisa>’ lebih umum penggunaanya untuk mewakili objek perempuan yang lebih mengarah kepada pembahasan tentang hukum yang berkaitan dengan pernikahan.
Temuan berikutnya adalah karakter istri shalihah dalam gambaran Al-Qur’an adalah istri yang qa>nita>t dan h}a>fiz}a>t. Pengertian Qa>nita>t adalah istri yang taat beribadah kepada Allah serta taat kepada suaminya selama bukan untuk bermaksiat kepada Allah. Sedangkan pengertian h}a>fiz}a>t adalah menjaga kepercayaan suami dengan tidak melakukan hal-hal yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa cinta suami dan citranya sebagai wanita terhormat.
Temuan lainya adalah perbedaan latar belakang mufassir yang mengambil pilihan hidup untuk tidak menikah ternyata tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap perbedaan penafsiran dengan para mufassir yang menikah dalam menjelaskan term-term yang bermakna istri di dalam al-Qur’an. Namun latar belakang situasi psiko-politik ternyata yang justru sedikit membuat berbeda meskipun tidak sampai bertentangan.
Tesis ini sejalan dengan pendapat Abu Mans}u>r al-S{a’a>libi>, dan Abu Hila>l al-Askari>, yang hidup pada abad ke 4 H. serta Muhammad Syahru>r (1938 M), dan ‘Aishah binti Sha>t}i (1913 M), yang menolak adanya sinonimitas dan menyatakan bahwa setiap kata dalam Al-Qur’an posisinya tidak dapat digantikan oleh kata yang lain. Hal ini berbeda dengan pendapat Ibnu Khala>wiyah (W. 370 H), Ibnu al-Saki>t (W. 244 H) dan Abu Musha al-A’rabi yang menerima adanya sinonimitas di dalam bahasa Arab.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode tafsir maud{u’i dengan membahas penafsiran ayat-ayat yang punya keterkaitan dengan tema yang telah ditentukan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan analisis diskriptif.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Andi Jumardi
Date Deposited: 28 Aug 2021 03:30
Last Modified: 28 Aug 2021 03:30
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/114

Actions (login required)

View Item
View Item