Hakim, Fahru Reza (2023) Makna Lafaz ‘Yad’ Yang Disematkan Kepada Allah Dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Penafsiran Antara Metode Takwil, Tafwîdh Dan Al-Itsbât). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2023-Fahru Reza Hakim-2019.pdf - Accepted Version
Download (1MB)
Abstract
Kesimpulan dalam tesis ini adalah bahwa lafaz yadyang disematkan (disandarakan) kepada Allah dalam Al-Qur’an dapat dijelaskan dengan tigacara; pertama, dengan membiarkan lafaz tersebut tanpa ditafsirkan, sambil menolak seluruh makna yang biasa disematkan padanya karena ia termasuk ayat mutasyâbihât yang tidak diketahuipenafsirannya kecuali oleh Allah. Kedua, dengan menafsirkan ayat tersebut dengan salah satu makna dari makna-makna kata yad dengan terlebih dahulu menolak makna awal yad yang berupa ‘tangan anggota tubuh’, karena tidak sesuai dengan keagungan Allah. Ketiga, dengan menerima lafaz dan makna awal yad yang berupa tangan anggota tubuh dengan menafikan kesamaan bentuknya dengan makhluk.
Temuan yang penulis dapat dari penelitian ini adalah bahwa perbedaan yang melatar belakangi ketiga gaya penafsiran diatas adalah terletak pada empat hal;pertama, perbedaan pemahaman terhadap makna mutasyâbihât dan makna ta’wîldalam surat Ali Imran ayat 7. Kedua, perbedaan pemahaman terhadap konsep ‘al-kaifiyah fî shifâtillâh’ yang terdapat pada banyak riwayat ulama salaf ketika menjelaskan tentang makna sifat Allah khususnya riwayat yang disandarkan kepada Malik bin Anas. Ketiga, perbedaan penetapan tentang ada tidaknya majâz didalam al-Qur’an.Keempat, perbedaan tentang posisi akal ketika berbicara tentang dzât Allah SWT.
Temuan lain yang penulis dapat dalam penulisan tesis ini adalah bahwa kata yad sendiri ternyata digunakan dalam beragam makna baik dalam Al-Qur’an maupun as-Sunnah, tidak hanya bermakna ‘tangan anggota tubuh’ sehingga jika menetapkan majâz tidak ada dalam Al-Qur’an maka berarti seluruh makna yad yang terdapat dalam Al-Qur’an boleh dan sah digunakan untuk menjelaskan lafaz yadullâh karena seluruhnya bersatatus yang sama yaitu sebagai makna hakîkî.
Temuan ini memilki kesamaan pendapat dengan Ibn al-Jauziy (597), az-Zarqaniy (1122 H), dan asy-Syaukaniy (1250H), yang membolehkan lafaz yadullâh dijelaskan oleh salah satu makna yad yang ada dalam al-Qur’an, dan berbeda pendapat dengan Ibn Taimiyah (728 H), Abdurrahman as-Sa’diy (1376 H), dan al-Utsaimin (1421 H) yang menetapkan tidak bolehnya memberikan makna yadullâh selain bahwa itu adalah tangan yang biasa diketahui sebagai anggota tubuh.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir komparatif dan metodeMaudhû’i.sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Siti Mariam |
Date Deposited: | 10 Jun 2023 03:46 |
Last Modified: | 10 Jun 2023 03:46 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1187 |