repository ptiq

Penerapan Teori Nasikh dan Mansukh Mahmoud Muhammed Taha Padaayat-Ayat Kebebasan Beragama

Zayadi, Zayadi (2022) Penerapan Teori Nasikh dan Mansukh Mahmoud Muhammed Taha Padaayat-Ayat Kebebasan Beragama. Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Naskah Tesis] Text (Naskah Tesis)
2022-ZAYADI-2018.pdf - Accepted Version

Download (2MB)

Abstract

Menurutnya, nasakh bermakna penangguhan atau penundaan berlakunya ketetapan (istinbâth) hukum. Ketetapan hukum dimaksud adalah ketetapan hukum yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qur`an.Proses nasakh bersifat tentatif sesuai dengan kebutuhan. Hukum dari ayat mana yang dibutuhkan pada masa tertentu, maka hukum dari ayat itulah yang ditetapkan untuk diberlakukan. Sedangkan hukum dari ayat yang tidak dibutuhkan pada masa tertentu karena dianggap tidak relevan dengan perkembangan kontemporer, maka ditangguhkan. Sehingga nasakh menurutnya bisa saja terjadi penangguhan ketetapan berlakunya hukum ayat yang turun lebih dahulu oleh ketetapan hukum ayat yang turun kemudian, atau sebaliknya. Ketetapan berlakunya hukum dari ayat yang telah dinasakhmasa berlakunya bisa saja diberlakukan kembali dimasa lain bila memang kondisi menghendakinya. Disini, Mahmoud Muhammed Taha tidak melihat waktu turunnya ayat dalam penerapan nasakh.
Berbeda dengan para ulama dahulu (salaf ) dalam menerapkan nâsikhdan mansȗkhyang sangat memperhatikan: syarat-syarat nasakh, waktu turunya ayat sehingga diketahui mana nâsikh dan mana mansȗkh, syarat-syarat dikatakan adanya dua ketetapan hukum yang bertentangan, lingkup nasakh. Hukum yang dinyatakan mansȗkhmasa berlakunya, berlaku untuk masa yang tidak ditentukan.
Kerangka konseptual gagasan Mahmoud Muhammed Taha dalam melakukan reformasi syariat Islam berbasis pada konsep nasakh. Namun konseptualisasinya berbeda dari nasakh yang selama ini dipahami kebanyakan ulama salaf.
Konstruksi syariat Islam yang selama ini dijadikan sebagaiproduk hukum bagi umat Islam yang bersumber dari nas-nas asasi, menurut Mahmoud Muhammed Taha, lebih didasarkan pada ayat-ayat hukum Al-Qur`an pada periode Madinah yang bersifat lebih spesifik dari pada ayat-ayat Al-Qur`an pada periode Makkah. Dalam pandangannya, ayat-ayat hukum Al-Qur`an pada periode Makkah dianggap sebagai pesan fundamental syariat Islam yang abadi yang menjungjung tinggi martabat kemanusiaan, tanpa diskriminasi keyakinan agama, jenis kelamin dan lain-lain. Sedangkan ayat-ayat hukum Al-Qur`an periode Madinah adalah kebalikannya.
Menurut Mahmoud Muhammed Taha, harus dilakukan pergeseran hukum Islam modern dari yang bersumber pada ayat-ayat hukum Madaniyyah beralih kepada yang bersumber pada ayat-ayat Makkiyyah.Dengan paradigma seperti ini, dajukannya konsep nasakh hukum, seperti konsep yang digunakan ulama salaf untuk memecahkan kontradiksi dalam ayat-ayat hukum Al-Qur`an dalam upaya menetapkan (istinbâth) hukum.
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah: metode analitis atau metode tafsîr at-tahlîli.Penulis menggunakan Tafsîr Al-Qur`an al-‘Azhîm karya Ibnu Katsir dan Sebab Turunnya Ayat Al-Qur`an karya Jalaluddin AS-Suyuthi sebagai rujukan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Dalam tesis ini, Mahmoud Muhammed Taha hanya menerapkan nasakh Al-Qur`an dengan Al-Qur`an dan terbatas hanya pada satu macam nasakh saja. Yakni hanya hukumnya yang dinasakh, ayatnya tetap ada dan dibaca (naskh al-hukm dȗna at-tilâwah).

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Siti Mariam
Date Deposited: 19 Jun 2023 02:40
Last Modified: 19 Jun 2023 02:40
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1201

Actions (login required)

View Item
View Item