Manggabarani, A. Umar Syam (2023) Isrâîliyyât Dalam Kisah Nabi Yusuf A.S. Perspektif Ibnu Katsîr. Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2023-A. UMAR SYAM MAGGABARANI-2019.pdf - Accepted Version
Download (2MB)
Abstract
Fokus penelitian ini berupaya untuk mengupas ihwal isr ili tkisah Yusuf dalam Tafsîr al-Qur‟ân al-„Azhîm karya Ibnu Katsîr. Penelitian ini dibatasi dengan isr ili tnama Istri al-‗Azîz dalam Sûrat Yûsuf Ayat 21, ketergodaan Nabi Yûsuf dalam Sûrat Yûsuf Ayat 24, dan pernikahan Nabi Yûsuf dalam Sûrat Yûsuf Ayat 56. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kritik matan dan sanad riwayat-riwayat isr ili tdalam Tafsîr al-Qur‟ân al-„Azhîm karya Ibnu Katsîr, dan melakukan studi komparasi antara Tafsîr al-Qur‟ân al-„Azhîm dengan kitab-kitab tafsîr yang memuat riwayat-riwayat isr ili t.
Ditemukan dalam penelitian tesis ini bahwa dalam kajian mata rantai riwayat maupun kandungan matan seputar nama istri al-‗Azîz, ketergodaan Nabi Yûsûf, serta pernikahan Nabi Yûsuf dapat dipastikan keotentikan riwayat tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan. Meski dalam hal ketersambungan riwayat tak ada yang terputus, namun kredibilitas periwayat yang ada dalam riwayat tersebut masih diperselisihkan ulama‘. Dilihat dari sisi matan, maka jika menggunakan pandangan Ibnu Katsîr, riwayat isrâîliyyât seputar nama istri al-‗Azîz ini boleh-boleh saja diriwayatkan sebab tidak berkenaan dengan tauhîd dan tidak menyalahi syarî‘at Islam. Sementara itu, riwayat tentang ketergodaan Nabi Yûsuf tergolong riwayat yang tidak boleh disampaikan, sebab menyalahi syarî‘at Islam dan ada kaitannya dengan perkara tauhîd, yakni karena menghilangkan „ismah seorang Nabi. Sedangkan riwayat tentang pernikahan Nabi Yûsuf, sepintas riwayat ini tergolong riwayat yang boleh-boleh saja disampaikan, hanya saja dalam praktiknya, banyak orang yang percaya, bahkan meyakini bahwa Nabi Yûsuf menikah dengan perempuan bernama Zulaikhâ‘ sehingga nama Nabi Yûsûf dan Zulaikhâ‘ muncul bersandingan dalam doa-doa yang dipanjatkan dalam acara walîmah al-„Urs. Oleh karena hal ini kemudian menjadi keyakinan yang menjurus pada pembahasan tauhîd, sehingga perlu kiranya penjelasan lebih lanjut saat menyampaikan riwayat atau kisah tentang hal ini sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Penelitian ini cenderung berbeda dengan mufassir lain dalam menyikapinya. Ada yang menolak untuk menerima isrâîliyyât dengan mengkritik sanad dan matan seperti Rûh al-Ma‟ n fî Tafsîr al-Qur‟ n al-„Azhîm wa al-Sab‟ al-Matsâny karya al-Alûsî, menerima isrâîliyyât dalam tafsirnya dengan persepsi bahwa riwayat-riwayat tersebut telah dikenal oleh mayarakat dan tidak menimbulkan kerugian dan bahaya bagi agama seperti Tafsîr Muqâtil bin Sulaimân. Sementara itu, Ibnu Katsîr berada di sisi yang sedikit berbeda yaitu menerima riwayat-riwayat isrâîliyyât dengan syarat, Ibnu Katsîr saat mengemukakan riwayat isrâîliyyât dalam tafsirnya,setidaknya begitu mempertimbangkan dua hal, yakni kualitas sanad dan kesesuaian dengan syarî‘at Islam.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Siti Mariam |
Date Deposited: | 08 Aug 2023 01:54 |
Last Modified: | 08 Aug 2023 01:54 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1227 |