Hikam, Ahmad Bahrul (2023) Konstruksi Taklîf Penyandang Disabilitas Dalam Perspektif Al-Qur’an. Doctoral thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2023-AHMAD BAHRUL HIKAM-2018.pdf - Accepted Version
Download (2MB)
Abstract
Disertasi ini menyimpulkan bahwa kontruksi taklîf penyandang disabilitas adalah menggunakan instrumen inklusivasi konsep al-ahliyyah dan Maqâshid asy-Syarî’ah sebagai strategi pemenuhan hak akses yang berujung pada fiqh penyediaan akses, sehingga ketentuan rukhshah tidak menjadi satu-satunya solusi dalam menyikapi keterbatasan penyandang disabilitas. Taklîf Penyandang Disabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut: semua Penyandang Disabilitas memiliki ahliyyat al-wujûb yaitu kecakapan manusia untuk menerima hak-haknya berdasar sifat kemanusiaannya. Penyandang Disabilitas Mental yang masuk dalam kategori tidak berakal yaitu kelompok Penyandang Disabilitas Psikososial dan Penyandang Disabilitas Ganda / Multi yang kehilangan akses informasi ajaran agama otomatis tidak terkena taklif. Sementara ragam Penyandang Disabilitas yang lainnya adalah Mukallaf yang terkena beban taklîf sesuai dengan kemampuannya. Temuan disertasi ini berbeda dengan temuan Covey (1998) yang menyatakan bahwa masyarakat secara umum memandang penyandang disabilitas dengan cara-cara berikut: sebagai hukuman dari Tuhan karena dosa, akibat sihir atau roh jahat. Perbedaan ini karena Al-Qur’an memandang netral persoalan disabilitas, al-Qur’an tidak memandangnya sebagai kutukan karena Al-Qur’an lebih menekankan pengembangan karakter dan amal saleh daripada melihat persoalan fisik seseorang. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an seperti QS. al- Hujurat [49]: 11-13, an Nahl [16]: 97, al-Isra' [17]: 36 dan an-Nisa' [4]: 124. Disertasi ini menawarkan paradigma Socio-religious Model of Disability (SrMD), upaya penggabungan social model of disability dengan wacana fiqh kontemporer yang menekankan pada pengentasan masalah diskriminasi menggunakan strategi penyediaan akses. Menurut Michael Schillmeier, kajian seperti ini disebut “rethingking disability” yakni merancang kembali konsep studi disabilitas. Disertasi ini memiliki kesamaan pendapat dengan Bazna dan Hatab (2014) bahwa secara moral penyandang disabilitas harus dilihat sebagai bagian multikultural masyarakat dalam segi fisik. Juga sepakat dengan Sara Scalanghe, bahwa masyarakat penyandang disabilitas adalah bagian integral dari masyarakat muslim sejak zaman Rasulullah yang banyak diabaikan oleh para sarjana muslim. Temuan disertasi ini juga sependapat dengan para mufassir misalnya Fakhr ar-Râzî (544-606 H), al-Qurthubî (w. 671 H), ash-Shâbûnî (1930-2021), Hamka (1908-1981 M), dan Quraisy Syihab yang memosisikan penyandang disabilitas sama dengan masyarakat lainnya sehingga mereka berhak menerima perlakuan yang adil, diakui sebagai anggota masyarakat dan berhak mendapatkan hak-haknya. Disertasi ini berbeda pendapat dengan Darla Schumm dan Michael Stoltzfus (2011) yang berpendapat bahwa tidak adanya pembahasan memadai terkait isu disabilitas, agama justru berperan sebagai aktor yang mendiskreditkan umatnya sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode kualitatif dengan metode tafsir yang digunakan adalah maudhû’i.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Siti Mariam |
Date Deposited: | 22 Aug 2023 02:14 |
Last Modified: | 22 Aug 2023 02:14 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1234 |