Tesis ini membahas tentang Integrasi Pikir dan Zikir dalam Al-Qur’an, telaah terhadap tafsir Mafatih al-Ghaib karya Fakhr al-Din al-Razi. Kitab tersebut menarik perhatian untuk dijadikan analisis (telaah), di mana pemikiran-pemikiran al-Razi dalam tafsirnya adalah sarat dengan rasionalitas dan tasawuf.
Dari hasil pengintegrasian ayat-ayat Al-Qur’an term pikir dan term zikir dalam tafsir Mafatih al-Ghaib, al-Razi menegaskan pada signifikansi zikir dan pikir yang tidak bisa dipisahkan, menurutnya; “lâ yakmalu al-dzikr illâ ma’a al- fikr”(tidak sempurna zikir itu terkecuali disertai pikir). Berdasarkan pandangan al- Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghaib, manusia yang dapat mengintegrasikan antara pikir dan zikir, sesungguhnya ia mendapatkan; Pertama, sebagai Ulul Albab. Yakni, manusia yang memiliki intlektualitas tinggi dengan karakter pikir dan zikir. Intlektulitas pikir dan zikir dapat melahirkan ilmu pengetahuan yang haqiqi, dengan itu manusia dapat mengenal dirinya sebagai hamba, dan mengenal Allah SWT sebagai penciptanya. Kedua, Ma’rifatullâh. Dalam pandangan al-Razi, ma’rifah kepada Allah dapat ditempuh dengan dua jalur; 1). Menggunakan akalnya bertapakur, merenung, dan mempelajari alam semesta sebagai argumentatif (hujjah „aqliyah) yang pada gilirannya dapat sampai kepada ma’rifah (mengenal Allah) sebagai Sang pencipta alam. 2). Al-Riyadhah (mengolah rasa dalam Qalb dan anggota badan), yakni memperbanyak zikir dengan menenggelamkan lisannya mengingat Allah, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap anggota badan ma’rifah kepada-Nya. Perjalanan menuju makrifah dengan hujjah aqliyah, ini dilakukan oleh para “salik“ (yakni orang yang sedang belajar makrifah kepada Allah). Apabila kalbunya sudah tersinari cahaya Allah maka dalil-dalil aqliyah tersebut tidak diperlukan lagi, dikarenakan cahaya tersebut akan mengalahkan hujjah aqliyah, seluruh argumentasi akal akan menjadi sirna. Ketiga, „Ibadah Kamilah (penghambaan yang sempurna). Manusia yang telah sampai kepada kesempurnaannya sebagai hamba Allah, ia meliputi tiga (3) hal, yaitu: Lisannya selalu berzikir, hatinya selalu berpikir (tafakkur), dan anggota badannya senantiasa tasyakkur yakni mengerjakan/berbuat hal-hal yang baik sebagaimana tuntunan Allah SWT.
Pandangan al-Râzî di atas, menjawab sejumlah para ahli yang mengkritisi pemikiran-pemikiran al-Râzî baik dalam bidang teologi, filsafat, dan lain sebagainya. Terbukti bahwa al-Râzî tidak selamanya mempertahankan akal, namun al-Râzî sangat menghargai akal untuk dipergunakan dan dipelihara sebaik mungkin agar dapat menghantarkan kepada puncak akal kebenaran ilmu pengetahuan, yakni ma’rifatullâh. Berkenaan dengan pandangan al-Razi tentang pikir dan zikir, sejumlah para ahli menunjukkan pandangan yang memiliki persamaan substantif. Sebagaimana Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah, ia mengatakan;
Penelitian ini menggunakan metode riset kepustakaan (library research) dengan tehnik analisis (telaah) terhadap sumber data permanen dan bahan-bahan sumber data yang berkaitan. Dengan penelitian ini, diharapkan akan menjadi bahan informasi dan tambahan pengetahuan bagi para akademisi, para tenaga pengajar, dan semua pihak yang membutuhkan sehingga tercapai khazanah ilmu pengetahuan yang terus berimprovisasi seiring perkembangan zaman.