Syahida, Ahmad Ridla (2022) Ekosufisme Di Dalam Tafsir Indonesia Kontemporer. Doctoral thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2022-AHMAD RIDLA SYAHIDA-2019.pdf - Accepted Version
Download (3MB)
Abstract
Kesimpulan disertasi ini adalah ekosufisme dalam pandangan para mufasir Indonesia kontemporer dapat difahami sebagai kesadaran spiritual yang diperoleh dengan cara memaknai interaksi antar sistem wujûd, menjadikan alam sebagai sarana dzikir, sumber pengetahuan dan kearifan, juga sebagai sarana taqarrub kepada Allah Swt, sehingga terlahir kesadaran akan pentingnya menjalin harmonisasi dengan alam, sebagai upaya penyembuhan lingkungan (eco-healing).
Dari pemahaman tersebut temuan penulis terkait ekosufisme di dalam tafsir Indonesia kontemporer adalah bahwa religiositas alam raya yang diungkapkan melalui term-term ekosufisme difahami sebagai bentuk ketundukan alam raya terhadap sistem yang telah Allah Swt tetapkan. Keserasian, keharmonisan dan kecermatan alam raya menjadi petunjuk akanKekuasaan dan Keesaan Sang Pencipta. Walaupun menurut mereka, berbagai aktifitas alam raya seperti tasbîh, sujûd, shalat, dimaknai berbeda, sebagian memahaminya secara majâzi dan sebagian lagi memahaminya secara hakiki.Namun semuanya sepakat bahwa penghambaan alam raya yang diungkapkan melalui aktifitas alam raya tersebut menjadi bukti bahwa alam raya pun memiliki dimensi jiwa dan spiritual seperti halnya manusia.
Disertasi ini juga menemukan bahwa khazanah sufi yang kental akan nilai spiritual dapat menjadi solusi atas berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi. Salah satunya yaitu konsep al-insân al-kamîl yang merupakan madzhâr tajalliasmâ dan sifat-sifat Tuhan, yang bertugas sebagai pengawet dan pemelihara keberlangsungan alam. Keajaiban alam raya tidak akan dapat memberikan ‘ibrah, kecuali bagi orang-orang yang dapat mengoptimalkan akal dan qalbu-nya dengan tafakkur dan tadzakkur. Tasawuf yang intisarinya merupakan akhlâk, tidak hanya berupaya menjalin hubungan dengan Tuhan semata, tetapi juga menebar cinta dan kasih sayang dengan alam raya, sehingga dengannya terjalin ikatan kuat berupa ukhuwwah makhlûqiyyah. Dan ketika seorang sâlik berada pada puncak kesadaran spiritualnya maka ia akan berada pada maqâmsyuhûd; yaitu dimana ia akan memandang apapun yang ada di hadapannya, tiada lain itu semua merupakan tajalli dari-Nya.
Temuan disertasi ini selain mendukung pandangan empat mufassir Indonesia kontemporer, juga mendukung pandangan Sayyid Hossein Nasr (1984), Syed Muhammad Naquib Al-Attas (1978), Ali Jum’ah (2009), Mulyadhi Kartanegara (2017), Nasaruddin Umar (2014) dan Nur Arfiyah Febriani (2014), yang menyatakan bahwa alam raya berdimensi jiwa dan memiliki potensi spiritual sebagaimana halnya manusia. Upaya pelestarian lingkungan didasari dari rekonstruksi filosofis menyangkut relasi diantara alam, manusia dan Tuhan.
Disertasi ini berbeda pandangan dengan para pemikir barat seperti:Pierre Simon de Laplace (1827), Charles Darwin (1859), Emile Durkheim (1912), Sigmund Freud (1939), Stephen W. Hawking (2018) dan para pengusung materialistik-positivistik modern yang menyatakan bahwa alam hanya sebatas realitas independen yang tidak memiliki keterkaitan dengan Tuhan dan menganggap bahwa suatu yang dianggap wujûd itu yang benar-benar bisa diamati secara empiris.
Metodologi tafsir yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir maudû’i (tematik) dan muqârin (komparatif).Penelitian disertasi ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach) dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Siti Mariam |
Date Deposited: | 03 Oct 2023 01:49 |
Last Modified: | 03 Oct 2023 01:49 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1255 |