Khalid, Lalu Muhammad Idham (2023) Larangan Menistakan Agama Dalam Al-Qur‟Ân Antara Fardu Ain Dan Kifayah: Studi Komparatif Atas Tafsir Ibn Katsîr Dan Tafsir Al-Mishbâh. Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2023-LALU MUHAMMAD IDHAM KHALID-2019.pdf - Accepted Version
Download (2MB)
Abstract
Dewasa ini, di saat problematika keumatan semakin kompleks dan kebutuhan akan rujukan keagamaan mengalami eskalasi, timbul sebuah semangat untuk menjawab hal demikian dengan gerakan dakwah baik individu maupun kolektif. Kondisi ini menurut hemat peneliti sangat baik, namun kerap terjadi bias pemahaman mendasar tentang siapa sebetulnya yang berhak dan berkewajiban menyampaikan dakwah (yang berhak melarang penistaan agama) dan bagaimana hukum sesungguhnya bedasarkan perpespektif Al-Qur‟an. Berdasar permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk menggali bagaimana penafsiran Ibn Katsîr dan M. Quraish Shihâb terkait kewajiban dakwah tersebut serta implikasi dari latar sosiohistoris keduanya terhadap penafsiran tersebut dalam analisis komparatif?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi komparataif. Teknik pengumpulan datanya berupa studi pustaka dan observasi dianalisis dalam teknik pengumpulan data berupa deskriptif analisis dengan metode analisis komparatif (analytical-comparative method).
Adapun teori yang digunakan untuk memperkuat sebagai alat penelitian adalah teori strukturalisme genetik dari Lucien Goldmann yang menjelaskan bahwa sebuah karya atau teks adalah karya pengarangnya dalam hal ini mufasir sebagai pembuat teks tersebut sekaligus kenyataan sejarah yang mengondisikan munculnya karya atau teks seperti demikian. Konsep-konsep dakwah, kewajiban dakwah, amar makruf nahi mungkar, dialektika para ahli dan mufasir mengenai kewajiban dakwah serta ayat-ayat Al-Qur‟ân terkait dakwah dan kewajiban dakwah juga digunakan untuk mempertajam analisis penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kecenderungan penafsiran sekaligus penafsiran antara Ibn Katsîr dengan M. Quraish Shihâb. Ibn Katsîr mengarahkan kewajiban dakwah (yang berhak melarang penistaan agama) sebagai kewajiban indvidu sementara M. Quraish Shihâb mengarahkan kecenderungan Tafsir kewajiban tersebut sebagai kewajiban kolektif juga dengan beberapa kesamaan penafsiran di antaranya tetap mengakomodir kewajiban yang tidak dijadikan kecenderungan penafsirannya.
Penelitian ini juga didasari asumsi-asumsi dalam teori struktural genetik yang melihat bahwa kecenderungan penafsiran secara umum dan khusus mengenai kewajiban dakwah (yang berhak melarang penistaan agama) tidak bisa dilepaskan dari konteks sosio-historis masyarakat masing-masing tempat kedua mufasir berada. Tafsir Ibn Katsîr dan Tafsir al-Mishbâh bukan hanya karya personal dari kedua mufasir akan tetapi juga karya masyarakatnya masing-masing dan kenyataan sosial dan sejarah masyarakat pada waktu era masing-masing.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Siti Mariam |
Date Deposited: | 04 Oct 2023 00:59 |
Last Modified: | 04 Oct 2023 00:59 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1261 |