Kesimpulan tesis ini adalah: pendidikan humanistik dalam zakat. Hal ini berdasarkan interkoneksi dan interaksi yang harmonis antara sesama manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dan antara manusia dengan Tuhan-nya yaitu Allah SWT. Pendidikan humanistik memandang manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dengan fitrahnya yang sama-sama saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu adanya pendidikan humanistik mengajarkan tentang hakikat memanusiakan manusia dengan sebaik-baiknya.
Dalam penelitian ini ditemukan otentisitas tentang “pendidikan humanistik dalam zakat” terdapat di dalamnya dua unsur;
1). Pengaruh zakat dalam kehidupan individu.
2). Pengaruh zakat dalam kehidupan sosial.
Pembahasan tema ini memiliki kemiripan pendapat dengan: Ichsan Habibi (2005), M. Mukhlis Fahruddin (2008), Anwar Hafidzi (2012), Masduki (2014), Dini Fitriani (2015), Baharuddin dan Moh. Makin, (2016), Nur’aini Ahmad (2017), yang menyatakan bahwa pendidikan humanistik dapat dibentuk melalui berbagai macam kegiatan yang biasa dilakukan secara rutinitas atau kontinuitas.
Metode yang digunakan dalam sebuah penelitian ini adalah: metode fenomenologi dan historis-kritis-kontekstual dengan melalui berbagai kajian pustaka atau library research, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif yaitu melalui analisis logis.
Karyatulis (tesis) ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan humanistik dalam zakat dengan menggunakan metode kualitatif, bahwa zakat memiliki peran besar dalam membentuk pendidikan humanistik.Pendidikan merupakan suatu wadah untuk melahirkan manusia yang berpengetahuan. Pendidikan memberikan andil besar bagi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan terjadi di berbagai tempat, diantaranya; di rumah, masyarakat, dan lembaga pendidikan atau di sebuah institusi. Pendidikan merupakan daya upaya untuk meningkatkan budi pekerti atau moral (kekuatan batin atau akhlak), pikiran (intelektualitas), dan jasmaniseseorang yang selaras dengan alam dan lingkungan sekitar atau masyarakat. Humanisme sebagai aliran filsafat modern yang “anti-religius atau agamis”, akan tetapi dalam pengertian yang lain, dimana para pendukungnya begitu optimistik tentang kemungkinan-kemungkinan atau kemampuan manusia itu sendiri.