repository ptiq

Hak Seksual dalam Perspektif Al-Quran

Murni, Dewi (2020) Hak Seksual dalam Perspektif Al-Quran. Doctoral thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Hak Seksual dalam Perspektif Al-Quran] Text (Hak Seksual dalam Perspektif Al-Quran)
2020-DEWI MURNI-2017.pdf - Accepted Version

Download (2MB)

Abstract

Disertasi ini menyimpulkan bahwa hak seksual perspektif al-Quran adalah relasi yang mengedepankan prinsip spritualitas, humanisme, integritas dan tanggung jawab dalam kewenangan melindungi tubuh termasuk pikiran dan perasaan agar tidak dirugikan, dan dirusak.
Pemahaman dalam pemenuhan hak seksual perspektif al-Quran dibedakan dalam tiga hal. Pertama, hak ‘ibâdah yang diletakkan pada level paling atas. Kedua, hak ahwâl syakhshiyyah (personal law) yang lebih diarahkan kepada hak otonom atau hak privat. Ketiga, hak mu’âmalah yang merupakan hak publik. Hak ini memberikan tawaran reinterpretasi ajaran agama yaitu, tentang relasi seksual baik laki-laki maupun perempuan. Mulai dari upaya penjagaan diri (QS. an-Nȗr/24:30-31), persamaan derajat (QS. al- Baqarah/2:228), pertanggungjawaban (QS. Âli ‘Imrân/3:36), serta pembelaan perempuan dari pernikahan poligami (QS. an-Nisâ/4: 3). Adapun yang menjadi solusinya adalah, Pertama, pengokohan ketahanan keluarga yang sakînah, mawaddah, warahmah. Kedua, membangun masyarakat yang ideal dan berkualitas. Ketiga, tatanan kebijakan publik yang ramah perempuan.
Dampak negatif dari penyimpangan dan pelanggaran seksual meliputi tiga (3) aspek. Pertama, tindakan ataupun media yang mengarah pada perbuatan zina; Kedua, perzinahan dan aktivitas seksual menyimpang lainnya seperti homoseks, anal seks, fedofilia dan lain-lain; Ketiga, pelanggaran etika dan larangan saat berhubungan seks dengan pasangan sah. Berbagai larangan dan batasan tersebut jika dilanggar, tentu saja memiliki konsekuensi atau dampak negatif pada manusia, baik dari aspek medis, sosiologis, psikologis dan spritual.
Disertasi ini memiliki kesamaan pendapat dengan al-Marâghî (1881M), Sachiko Murata (1992), Amina Wadud (1999), Zaitunah Subhan (1999), Nasaruddin ‘Umar (2001), Musdah Mulia (2004), dan M. Quraish Shihâb (2005), yang menyatakan tidak ada perbedaan hak seksual yang diperoleh berdasarkan perbedaan jenis kelamin atau biologis.
Temuan disertasi ini berbeda pendapat dengan beberapa mufasir, seperti al-Asfahâni (w. 406 H), Fakhr ar-Râzî (l. 544 H), az-Zamakhsyâri (467-538 H), al-Qurthûbî (w. 671 H), al-Biqâ'i (809-885 H), ash-Shabûni (w.1928 M), Hamka (1908-1981 M), ath-Thabâtabâ’î (1321-1404 H), Muhammad ‘Abduh (1849-1905 M), dan Muhammad Râsyîd Ridhâ (1865-1935 M), menyatakan stereotip, misoginis, dan inferior terhadap perempuan, dan superior terhadap laki-laki. Temuan disertasi ini juga berbeda dengan beberapa tokoh feminis psikoanalis, Emile Durkheim (1917), Sigmund Freud (1939), dan Judith Butler (1984), menganggap hak seksual laki-laki lebih tinggi atau unggul daripada perempuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode tafsir maudhȗ’î dan metode historis-kritis-kontekstual. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Andi Jumardi
Date Deposited: 02 Sep 2021 08:50
Last Modified: 02 Sep 2021 08:55
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/150

Actions (login required)

View Item
View Item