Studi ini meneliti pemaknaan dan dampak masyarakat Periuk Gembor Kota Tangerang terhadap tradisi pembacaan surat Al-Fath pada pembuka simthu dhurâr setiap malam jumat di Majelis Ta‟lim Darul Mukhtar. Studi ini dilakukan di Kampung Gembor RT 01/02 Kelurahan Gembor Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, Jawa Barat. Melihat fenomena masyarakat dalam menjalani tradisi ini, maka studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan fenomonologis sosiologis sebagai metodologi. Sumber data primer berasal dari dokumen penting yang dimiliki oleh Lembaga pendidikan dan jawaban dari pihak yang terkait yang diwawancarai. Sumber data sekunder berasal dari berbagai referensi ilmiah yang berkaitan dengan penelitian. Sarjana Muslim berdebat tentang kajian living Qur‟an. Ada dua kelompok yang mendukungnya dan yang mengkritiknya. Bintu Shati‟, Badruddin az-Zarkasyi, M. Mansur, dan Jalaluddin as-Suyuthi termasuk kelompok yang mendukung Living Qur‟an. Fazlur Rahman, Nasr Hamid Abu Zaid, dan Farid Esack termasuk kelompok yang mengkritik Living Qur‟an. Mun'im Sirry adalah salah satu tokoh Indonesia yang juga mengkritik Living Qur‟an. Penulis dalam penelitian ini telah mengindentifikasikan tiga aspek kunci terkait pemahaman dan dampak Surah Al-Fath di kalangan masyarakat, yaitu praktik rutin membaca Surah Al-Fath setiap malam Jum‟at yang dikaitkan dengan tiga dampak utama, yaitu kemudahan, kelancaran rizki, dan ketenangan batin. Pemahaman dan praktik spiritual terhadap Surah Al-Fath tampaknya secara konsisten memberikan manfaat nyata bagi masyarakat yang terlibat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tafsir Surah Al-Fath selaras dengan dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Ini mengindikasikan bahwa Surah Al-Fath memiliki makna yang sesuai dengan dampak nyata dalam kehidupan masyarakat. Surah Al-Fath bukan hanya merupakan bacaan ritual, tetapi juga membawa dampak yang nyata dalam kehidupan masyarakat.