Penulis menfokuskan penelitian ini adalah ikhtiar untuk membangun suatu pendapat, bahwa moderasi dan deradikalisasi di pesantren merupakan strategi utama dalam mencegah radikalisasi, dan radikalisme dalam pendidikan Islam. Pendekatan moderasi dan deradikalisasi tersebut sebagai upaya menciptakan toleransi, dan inklusivisme di lingkungan santri. Semangat ini tujuannya memanusia manusia supaya saling menghargai dan menghormati, sehingga dengan kesadaran moral inilah menjadikan santri sebagai pelopor toleransi.
Dalam penelitian ini, penulis mendorong pesantren untuk terlibat penuh dalam meningkatkan kesadaran santri terhadap bahaya radikalisme itu sendiri. Bahkan, pesantren dan pemerintah memiliki tanggung jawab moral dalam mengawal agenda moderasi dan deradikalisasi di pesantren guna menghadirkan pendidikan Islam yang inklusif. Terutama, peran pesantren dan Kementerian Agama, serta BNPT agar terus ada di garda terdepan dalam mengatasi arus deras radikalisme.
Penelitian di pesantren al-Tsaqafah, menunjukkan hasil yang positif bahwa dampak moderasi dan deradikalisasi dalam pendidikan Islam di kalangan santri sangat optimal. Di tengah pesantren menghadapi tantangan globalisasi dan radikalisasi, pendekatan moderasi dan deradikalisasi di seluruh pesantren di Indonesia sangat penting terkhusus terkait komitmen keras kolaborasi dan sinergi antar instansi dengan elemen yang lain agar dapat bersikap dan berpikir moderat.
Moderasi dan deradikalisasi di pesantren ini ingin meneguhkan dan mengungkapkan suatu argumen besar, bahwa moderasi dan deradikalisasi dalam pendidikan Islam adalah solusi bagi santri untuk mendatangkan semangat toleransi, dan nasionalisme bagi calon-calon ulama (santri).Karena itu, dengan pemahaman tersebut setidaknya santri lebih bersikap militan, bijakasana, dan penuh tatakrama. Praktik nilai-nilai ini yang harus menjadi pertahanan bagi masa depan pendidikan Islam untuk mengejar kedamaian.