Hilmi, Ahmad Alwan (2024) Analisis Paradoksal-Asmâal-Husnâdalam Al-Qur`An (Dimensi Jamâliyah Dan Jalâliyah). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2024-AHMAD ALWAN HILMI-2021.pdf - Accepted Version
Download (2MB)
Abstract
Diskursus mengenai al-asmâ al-ẖusnâsangat bagus untuk dikaji. Dikatakan demikian, karena al-asmâ al-ẖusnâdekat dengan umat Islam, terlebih nilai-nilai yang terkandung dalam al-asmâ al-ẖusnâdipraktekkan dalam kehidupan.Penulis Melihat dualitas yang ada pada al-asmâ al-ẖusnâbertentangan satu dengan yang lain. Seperti sifat al-Qâbidh (Maha Menyempitkan) namun juga al-Bâsith (Maha Meluaskan), al-Khâfidh (Maha Merendahkan) paradoks dengan ar-Râfi’ (Maha Meninggikan). Permasalahan tersebut yang dijadikan penelitian oleh peneliti. Adapun dalam penelitian ini menggunakan data-data kepustakaan sebagai bahan penelitian (library research), seperti buku, jurnal, artikel, ensiklopedia, dan sumber data pustaka lainnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan deskriptif-analisis dengan menjelaskan secara utuh terkait al-asmâ al-ẖusnâ.Kemudian menganalisa dengan menggunakan metode maudhû’i, yaitu mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan al-asmâ al-ẖusnâserta menghubungkan antara ayat satu dengan lainnya dengan korelasi yang bersifat komprehensif. Setelah itu, penulis mencari makna dari masing-masing al-asmâ al-ẖusnâdengan pendekatan filosofis Franz Magnis Suseno serta dikelompokkan paradoks al-asmâ al-ẖusnâtersebut menjadi dua bagian yaitu jamâliyah dan jalâliyah menurut Nasaruddin Umar. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa di dalam periodisasi pewahyuan yang menggunakan teori pewahyuan dalam Al-Qur`an dari barat yaitu Friedrich Schwally, dalam hal ini Allah lebih banyak menginformasikan atau mengunggulkan sifat jamâliyah-Nya dibanding sifat jalâliyah dari empat periodisasi yang ada (Makkah awal, Makkah tengah, Makkah akhir, dan Madaniyyah). Hal tersebut secara umum dapat diselesaikan dengan cara bahwa memahami sifat-sifat Allah tidaklah bertentangan satu dengan yang lainnya, namun saling melengkapi. Misalnya sifat kasih sayang (ar-raẖmân) dan sifat (al-muntaqim) Allah tidak bertentangan, tetapi saling mendukung. Allah menciptakan makhluk dengan kasih sayang-Nya, namun juga memberikan balasan yang setimpal kepada makhluk yang berbuat maksiat atau kejahatan. Selain itu, dalam konteks nama-nama Allah, setiap nama atau sifat Allah memiliki makna yang dalam dan luas. Sehingga, walaupun terkadang terlihat bertentangan dalam sudut pandang manusia yang terbatas, namun dalam pandangan yang lebih luas, kedua sifat tersebut saling berpadu dan harmonis dalam keagungan Allah. Al-asmâ al-ẖusnâ terlihat paradoks karna pemahaman manusia masih bersifat parsial, belum menyeluruh. Bukan sifat-sifat Allah yang bertentangan, namun pemahaman manusia terhadap Allah yang bersifat parsial. Akibatnya seolah-olah ada paradoks di dalam nama-nama-Nya.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Siti Mariam |
Date Deposited: | 10 Oct 2024 01:44 |
Last Modified: | 10 Oct 2024 01:44 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1563 |