Faris, Farhan (2024) Penyakit Nabi Ayub Dalam Al-Qur‟An Menurut Ibnu Katsir Dan Al-Sayyid Muhammad Bin „Alawi Al-Maliki Al-Hasani (Studi Perbandingan Tafsîr Al-Qurân Al-„Azhîm Dan Jala‟ Al-Afhâm Syarh Aqîdah Al-Awâm). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2024-FARHAN FARIS-2020.pdf - Accepted Version
Download (3MB)
Abstract
Fokus penelitian ini adalah menganalisis penyakit Nabi Ayub dengan membandingkan pendapat Ibnu Katsir dan al-Sayyid Muhammad bin „Alawi al-Maliki al-Hasani. Penelitian ini dibatasi dengan penafsiran tentang penyakit Nabi Ayub yang dilakukan oleh Ibnu Katsir pada Q.S. al-Anbiyâ‟/21: 83 dan Q.S. Shâd/38: 41-44, juga pendapat al-Sayyid Muhammad bin „Alawi al-Maliki al-Hasanidalam kitab Jala‟ Al-Afhâm Syarh „Aqîdah al-„Awâm. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian pustaka (Library research) dengan menggunakan metodepenelitian studi komparasi antara pendapat Ibnu Katsir dan al-Sayyid Muhammad bin „Alawi al-Maliki al-Hasani serta didukung sumber sekunder lainnya seperti Tafsîr al-Azhâr dan Tafsîr al-Marâgi.
Ditemukan dalam penelitian tesis ini bahwa dalam kajian penafsiran Ibnu Katsir tentang penyakit Nabi Ayub pada Q.S. al-Anbiyâ‟/21: 83 sedikit memiliki perbedaan dengan penafsiran Q.S. Shâd/38: 41. Pada Q.S. al-Anbiyâ‟/21: 83, akibat dari penyakit kulit yang dialami Nabi Ayub, daging Nabi Ayub berjatuhan sampai tidak ada yang tersisa kecuali saraf dan tulangnya saja. Lalu penyakit Nabi Ayub menjadi sangat parah yaitu penyakit yang menimpanya adalah penyakit lepra yang mengenai sekujur tubuhnya, sehingga tiada suatu bagian pun dari anggota tubuhnya yang selamat dari penyakit ini, kecuali hati dan lisannya yang selalu berzikir mengingat Allah Swt. Pada Q.S. Shâd/38: 41, Ibnu Katsir bahkan sangat berlebihan dalam mendeskripsikan penyakit yang mengenai seluruh tubuh Nabi Ayub sehingga tiada suatu pori-pori pun dari tubuhnya yang selamat dari penyakit tersebut kecuali hanya kalbunya. Sedangkan al-Sayyid Muhammad bin „Alawi al-Maliki al-Hasani dalam kitab Jala‟ al-Afhâm Syarh Aqîdah al-Awwâm mengomentari bahwa Nabi dan Rasul hanya memiliki sakit kulit yang ringan.Al-Maragi mengisyaratkan bahwa penyakit kulit yang diderita seperti eksim, gatal, dan sejenisnya yang tidak menular dan dapat disembuhkan dengan air artesis atau air belerang.
Persamaan penafsiran Ibnu Katsir dengan penafsiran al-Sayyid Muhammad bin „Alawi al-Maliki al-Hasani adalah sama-sama menyebutkan penyakit kulit sebagai penyakit yang diderita Nabi Ayub. Perbedaannya adalah Ibnu Katsir menyebutkan bahwa penyakit lepra telah mengenai seluruh tubuh Nabi Ayub sehingga tiada suatu pori-pori pun dari tubuhnya yang selamat dari penyakit tersebut kecuali hanya kalbunya. Berbeda dengan al-Sayyid Muhammad bin „Alawi al-Maliki al-Hasani yang mengomentari bahwa sifat-sifat manusiawi yang mengandung unsur pengurangan pada martabat mereka, seperti penyakit lepra, kusta, tuIi, buta, bisu, lumpuh, pincang, dan juling, maka semua itu mustahil terjadi pada mereka. Adapun isu yang beredar bahwa ulat keluar dari tubuh Nabi Ayub ketika beliau sakit.Itu semua hanya sebuah kebohongan belaka. Pendapat ini diperjelas oleh Al-Maragi dan Ibrahim al-Laqqani yaitu penyakit yang menimpa Nabi Ayub adalah penyakit eksim, gatal, dan sejenisnya yang tidak menular dan dapat disembuhkan dengan air artesis atau air belerang atau penyakit di antara kulit dan tulang kaki bukan merupakan penyakit kusta yang menjijikan.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Siti Mariam |
Date Deposited: | 23 Nov 2024 06:56 |
Last Modified: | 23 Nov 2024 06:56 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1602 |