repository ptiq

Pemaknaan Kedewasaan Sebagai Syarat Menikah Dalam Al-Qur’an (Analisis Wacana Kritis Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran)

Rafi’i, Melati Ismaila (2024) Pemaknaan Kedewasaan Sebagai Syarat Menikah Dalam Al-Qur’an (Analisis Wacana Kritis Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.

[thumbnail of Naskah Tesis] Text (Naskah Tesis)
2024-MELATI ISMAILA RAFI'I-2021.pdf - Accepted Version

Download (2MB)

Abstract

Tesis ini menyimpulkan bahwa Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran belum sepenuhnya mengimplementasikan makna kedewasaan sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an. Kesimpulan dari tesis ini perlu dipertegas bahwa pernikahan di bawah umur tidak hanya berdampak negatif terhadap pasangan secara individu, namun juga berdampak negatif secara sosial. Apabila pernikahan didasarkan pada faktor menghindari zina atau sudah memiliki pengasilan, hal itu belum sepenuhnya memenuhi persyaratan kedewasaan sebagaimana dituliskan dalam Al-Qur’an. Terminologi kedewasaan yang disebutkan dalam Al-Qur’an terdiri dari balagh asyuddah yang bermakna kedewasaan fisik dan akal, rusyd yang bermakna kedewasaan cerdas dalam mengelola harta, dan hulm yang bermakna kedewasaan organ reproduksi manusia. Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran belum memahami kedewasaan hulm secara komprehensif serta belum mengimplementasikan pemahaman tersebut.
Tesis ini mendukung pendapat beberapa tokoh, antara lain Sahiron Syamsuddin dalam aspek pemaknaan Al-Qur’an, serta Quraish Shihab dan Wahbah Zuhaili (1436 H) dalam pemaknaan kedewasaan dalam Al-Qur’an. Setiap pasangan seharusnya memiliki kesiapan untuk menikah dengan memiliki pemahaman kedewasaan balag asyuddah, rusyd, dan hulm. Hal ini diperlukan guna memastikan keberlangsungan pernikahan yang sesuai dengan Al-Qur’an. Tesis ini bertentangan dengan pendapat La Ode Munafar, Muh. Sjaiful, dan Muh. Shiddiq Al-Jawi yang berpendapat bahwa kedewasaan dalam pernikahan terbatas pada aspek balag asyuddah dan rusyd tanpa disertai pemahaman kedewasaan hulm yang komprehensif. Pemaknaan demikian dangkal karena ketika membahas pernikahan diperlukan memperhatikan kematangan dan kesiapan organ reproduksi khususnya bagi perempuan.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Adapun metode yang digunakan untuk memahami analisis wacana adalah analaisis wacana kritis Van Dijk. Untuk menghubungkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, maka penulis menggunakan pendekatan ma’nâ cum maghzâ yang dicetuskan oleh Sahiron Syamsuddin. Penggunaan analisis wacana kritis Van Dijk dan pendekatan ma’nâ cum maghzâ dalam menafsirkan ayat Al-Qu’an dan menganalisa Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran dimungkinkan efektif sehingga menghasilkan kesimpulan yang jelas dan berimplikasi pada adanya perubahan sosial.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan
Divisions: Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Siti Mariam
Date Deposited: 25 Nov 2024 05:01
Last Modified: 25 Nov 2024 05:01
URI: https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1609

Actions (login required)

View Item
View Item