Tesis ini menyimpulkan bahwa batasan toleransi dalam Tafsir Moderasi Beragama Kementerian Agama RI, secara umum bersifat relatif dan tentatif. Intesitas penafsiran yang dilakukan Kementerian Agama RI tidak stagnan atau monoton, melainkan penafsirannya terus berkembang secara dinamis sesuai dengan perubahan zaman. Kesimpulan ini didasarkan atas temuan batasan toleransi dalam Tafsir Tematik Moderasi Beragama Kementerian Agama RI menekankan pada pemeliharaan akidah Islam yang rahmatan lil âlamin. Sementara, dalam ibadah, toleransi mencakup kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing, namun tidak boleh mencampuradukkan ibadah-ibadah dari agama berbeda. Terkahir, dalam muamalah toleransi melibatkan sikap saling menghormati dan menghargai nilai-nilai moral, tetapi tetap memegang prinsip-prinsip moral agama.
Tesis ini sesuai dengan pendapat Anis Malik Thoha (2015), Abd. Moqsith Ghazali (2009), dan Ulil Abshar Abdalla (2001) bahwa toleransi itu adalah prilaku menciptakan lingkungan yang lebih damai dan harmonis, di mana individu dari berbagai latar belakang agama dapat hidup bersama dengan saling menghormati dan mendukung. Disamping memiliki persamaan, tesis ini memiliki perbedaan dengan Firanda Andirja (2021), Ali Machsum (2000), dan Majelis Ulama Indonesia (2005) yang menyatakan bahwa batasan toleransi ditentukan oleh keyakinan masing-masing indivindu. Islam mengajarkan penghormatan terhadap penganut agama lain, namun tetap mempertahankan batasan tersebut agar tidak mengakui kebenaran agama lain.
Tesis ini menggunakan metode kualitatif dan merupakan kajian pustaka (library reseach) dengan kerangka teori tafsir maudhû’i. Metode ini digunakan untuk menelaah batasan toleransi dalam Tafsir Tematik Moderasi Beragama Kementerian Agama RI dengan metode tafsir tematik melalaui pendekatan inklusifisme.