Kesimpulan dari penelitian ini adalah masyarakat Neroktogmelakukan tradisi Tarkam demi mendoakan almarhum/almarhumah agar tenang di alam barzah dengan cara membacakan Al-Qur’an dan surah Yasin selama tujuh hari tujuh malam di dekat makam almarhum/almarhumah. Alasan masyarakat Neroktog melaksanakan tradisi Tarkam ialah karena kandungan ayat dalam surah Yasin yang diketahui menjadi filosofis praktik Tarkam ini seperti, nilai ketenangan (ayat 3 dan 4), keyakinan (ayat 26 dan 27), akidah (ayat 52), ibadah (ayat 61) dan mengirimkan amal pahala (ayat 65). Dengan tujuan mulia ini, tradisi Tarkam masih berada dalam koridor syari’at Islam yang sesuai, bukan mengkultuskan sesuatu selain Allah Swt. melalui budaya yang dilakukan.
Tesis ini sejalan dengan pandangan Muhammad Iqbal, Fazlur Rahman Clifford Geertz, Nashr Hamid Abu Zayd dan Farid Essack, yang menyatakan bahwa Al-Qur’an dalam kehidupan umat Muslim bukan hanya merupakan teks kuno yang statis, melainkan sebagai “living Qur’an.” Ini berarti Al-Qu’an adalah sebuah teks yang hidup dan terus berkembang dalam budaya masyarakat muslim, mengandung nilai-nilai moral, etika, sosial, dan berperan dalam memajukan peradaban. Dan tesis ini memiliki pandangan yang berbeda dengan Maxiwiliam Weber, WaltRostow, dan Daniel Lerner, dan Lee KuanYew, yang menganggap bahwa tradisi dan agama dapat menjadi penghalang bagi kemajuan peradaban. Weber berpendapat bahwa tradisi dan agama bisa menciptakan nilai-nilai yang konservatif dan menghambat perubahan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan teori fenomenologi dan teori simbolik interpretatif Clifford Geertz. Sumber data primer berasal dari dokumen-dokumen penting yang dimiliki oleh lembaga kemasyarakatan, sekaligus jawaban dari pihak-pihak terkait yang diwawancarai. Sedangkan sumber sekunder berasal dari berbagai referensi ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan yang sama tentang penelitian ini.