Penelitian ini mengeksplorasi pandangan Al-Khatîb asy-Syirbînî terkait kebebasan beragama dan penerapan sanksi apostasi sebagaimana dikemukakan dalam tafsir as-Sirâj al-Munîr. Fokus penelitian mencakup dua rumusan masalah: pertama, bagaimana pandangan al-Khatîb asy-Syirbînî tentang kebebasan beragama dan sanksi terhadap murtad? Kedua, bagaimana keterkaitan interpretasi al-Khatîb asy-Syirbînî atas ayat-ayat kebebasan beragama dan penerapan sanksi apostasi terhadap implementasinya dalam konteks kebebasan beragama di Indonesia?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka (library research), dengan metode deskriptif-analitis. Data utama penelitian bersumber dari enam ayat Al-Qur'an, yaitu QS. Al-Kahfi/18:29, QS. Al-A'raf/7:188, QS. Qaf/50:45, QS. Al-Baqarah/2:272, QS. Hud/11:118–119, dan QS. An-Nisa/4:137. Analisis dilakukan melalui pendekatan Maqâshid asy-Syarî’ah menurut Jasser Auda untuk memahami dimensi maslahat, kebebasan, dan keadilan dalam interpretasi ayat-ayat tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa al-Khatîb asy-Syirbînî mengusung pandangan yang menekankan kebebasan memilih keyakinan sebagai bagian dari kehendak ilahi, meskipun dengan pendekatan normatif yang tekstual. Di sisi lain, interpretasinya kurang mempertimbangkan aspek sosial-historis secara mendalam. Dalam konteks Indonesia, kajian ini menemukan bahwa penerapan nilai-nilai kebebasan beragama sesuai Maqâshid asy-Syarî’ah dapat menjadi sarana memperkuat harmoni sosial, proteksi hak asasi manusia, dan menumbuhkan rasa nasionalisme melalui pemahaman yang inklusif terhadap agama.
Penelitian ini berkontribusi pada wacana pembacaan ulang terhadap sanksi apostasi dalam kerangka kebebasan beragama, seraya memberikan landasan teologis yang relevan dengan tantangan kontemporer.