Rizqi Reza Mus, Achmad (2024) Epistemologi Tafsir Al-Tustari. Masters thesis, Universitas PTIQ Jakarta.
2024-ACHMAD RIZQI REZA MUS-2020.pdf - Accepted Version
Download (1MB)
Abstract
Kesimpulan dari tesis ini adalah bahwa kitab tafsirnya al-Tustari dapat diterima/maqbûl. Karena ia tidak menolak makna lahiriah teks ayat, bahkan seringkali mendahulukannya. Penafsiran-penafsirannya juga bisa divalidasi dengan ayat lain, hadis, pendapat para mufasir dan makna secara bahasa. Semua itu bisa diketahui dengan membahas epistemologinya, yang meliputi sumber, metode penafsiran, pendekatan dan validitas. Ketika menafsirkan ayat-ayat Al-Qur`an, Sahl al-Tustari tidak hanya menggunakan isyarat-isyarat. Sahl al-Tustari juga menjadikan ayat Al-Qur`an lainnya, hadis, pendapat para sahabat, para tabiin, dan para ulama sufi sebagai sumber penafsirannya.
Sahl al-Tustari memulai kitabnya dengan mukadimah yang isinya tentang keistimewaan Al-Qur`an dan tafsir Al-Qur`an. Lalu ia membuat bab tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh para pelajar Al-Qur`an. Dilanjut dengan tafsir Basmalah, lalu ia mulai menafsirkan dari surah al-Fâtihah sampai surah al-Nâs. Ada empat aspek yang bisa ditinjau untuk mengetahui metode penafsiran al-Tustari. Pertama, dari aspek sumber, al-Tustari melibatkan sumber-sumber lain selain isyarat. Meskipun yang lebih dominan mengunakan isyarat-isyarat. Kedua, dari aspek cara penjelasan, kitab ini tergolong al-Tafsîr al-Bayânî yang langsung menjelaskan tanpa melakukan perbandingan. Ketiga, dari aspek keluasan penjelasan, kitab ini tergolong al- Tafsîr al-Ijmâlî yang menafsirkan ayat-ayat secara ringkas. Keempat, dari aspek tertib penafsiran, al-Tustari menafsirkan ayat-ayat sesuai dengan urutan ayat-ayat dalam mushaf. Sahl al-Tustari tidak menafsirkan dengan pendekatan tasawuf saja. Tetapi juga menggunakan pendekatan dari sisi akidah dan akhlak. Penafsiran para sufi yang menggunakan isyarat menjadi kajian yang mengundang pro kontra di kalangan para ulama dan peneliti tafsir. Seperti al- Zarkasyi yang memandang bahwa pendapat kaum sufi dalam hal makna Al- Qur`an, tidak bisa dikatakan sebagai tafsir. Juga Ganim Qadduri yang menilai bahwa metode semacam ini merupakan bentuk kelemahan dari metodologi penafsiran. Tetapi, ada juga dari kalangan para ulama yang membolehkan penafsiran dengan isyarat-isyarat sesuai batasan-batasan tertentu. Seperti al-
Taftazani, al-Zarqani, al-Shabuni dan Nur al-Din ‘Itr.
Sebagai kitab tafsir pertama yang menggunakan metode al-Tafsîr al- Isyârî, maka kitab inilah yang diangkat sebagai bahan penelitian dalam tesis ini. Karena ia menjadi contoh dan acuan bagi para mufasir setelahnya yang juga menghendaki menafsirkan Al-Qur`an dengan isyarat-isyarat. Bahkan, pendapat Sahl al-Tustari seringkali dikutip oleh para mufasir isyârî lainnya.
Penelitian dalam tesis ini menggunakan jenis penelitian studi kepustakaan (Library Research). Penulis menghimpun data-data yang ada untuk dianalisa dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif.
| Item Type: | Thesis (Masters) |
|---|---|
| Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
| Divisions: | Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
| Depositing User: | Kamir Kamir |
| Date Deposited: | 22 Oct 2025 11:13 |
| Last Modified: | 22 Oct 2025 11:13 |
| URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/1888 |
