Penelitian ini menyimpulkan bahwa kesalehan perempuan dalam Al-Qur’an merupakan konsep yang multidimensional, bukan hanya meliputi dimensi ritual-spiritual dan ketaatan domestik semata, tetapi juga mencakup aspek sosial, politik, ekonomi, ekologis, dan intelektual. Rekonsiderasi melalui kisah-kisah perempuan Qur’âni menunjukkan bahwa Al-Qur’an mengajarkan kesalehan sebagai suatu konsep yang utuh, integratif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh melalui analisis ayat-ayat kisah (qashash al-Qur’ân) yang menampilkan beragam figur perempuan. Kisah Maryam, Âsiyah bint Muzâẖim, Hâjar, dua putri syaikh kabîr, Ummu Mûsâ, Ukht Mûsâ, Balqis, Khaulah bint Tsa‘labah, hingga ‘Âisyah binti Abû Bakr diungkap bukan hanya sebagai narasi sejarah, melainkan sebagai medium pedagogis dan teologis yang mengonstruksi ragam dimensi kesalehan. Dengan analisis ini, penelitian menghadirkan pemahaman bahwa perempuan Qur’âni memainkan peran penting yang melampaui reduksi kesalehan pada aspek ritual dan domestik semata.
Penelitian ini sejalan dengan pendapat Fatimah Mernissi (1994), Musdah Mulia (2020), Saba Mahmoud (2012), Mustofa Bisri (2019), Naourah binti Muhammad bin Fahd ar-Rasyîd (2006) yang menekankan kesalehan yang beragam, kontekstual, dan aplikatif dalam kehidupan nyata. Namun demikian, penelitian ini berbeda dengan temuan Isham bin Muẖammad asy-Syarîf (2012) juga ‘Abdullah bin Maẖfûdz al-Haddad (2022) yang sering menekankan konstruksi kesalehan perempuan pada peran domestik, ketaatan, dan pengabdian dalam ranah rumah tangga refleksi jelas norma patriarkal tradisional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode tafsir mawdhû‘î dengan pendekatan kisah (qashash al-Qur’ân). Data primer berupa teks Al-Qur’an dianalisis dengan memperhatikan konteks linguistik, historis, dan sosiologis, serta diperkuat dengan tafsir klasik dan kontemporer. Analisis dilakukan secara tematik dengan memadukan pisau hermeneutika gender, sehingga menghasilkan penafsiran yang lebih adil, komprehensif, dan relevan bagi dinamika perempuan muslim kontemporer.