Ridho, Abdul Rasyid (2016) Teori Asinonimitas Muhammad Syahrur (Kajian antara lafaz Kitabah dengan Faridah, dan Inzal dengan Tanzil dalam Al-Qur’an). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2016-ABDUL RASYID RIDHO-2014.pdf - Accepted Version
Download (1MB)
Abstract
Kajian Al-Qur’an dan metodologi tafsir senantiasa mengalami perkembangan yang dinamis seiring dengan akselerasi perkembangan kondisi sosial-budaya, keagamaan dan peradaban manusia. Terbukti dengan munculnya karya-karya tafsir dengan berbagai corak, pendekatan dan metode mulai dari zaman klasik sampai kontemporer. Melihat problem sosial kemanusiaan yang terus berkembang tak terbatas, mendorong semangat para pengkaji Al-Qur’an untuk menggali nilai-nilai universal yang selalu relevan untuk setiap zaman dan tempat (sha>lihun li kulli zama>n
wa maka>n). Oleh karenanya, Al-Qur’an di era modern ini- harus ditafsirkan sesuai dengan tuntutan zaman. Jika problem kontemporer harus dipecahkan dengan metode orang terdahulu yang jelas berbeda dengan problem yang dihadapi sekarang ini, maka hal itu yang menyebabkan sebuah kemunduran. Seperti penafsiran di era klasik yang bersifat analisis linguistik, lebih dipandang subyektif, karena dijadikan legitimasi oleh penafsirnya dan banyak dimasuki unsur-unsur isra>illiyat, yang berdampak pada pemaksaan makna baru yang jauh dari apa yang dikehendaki teks. Hal ini pula yang menyebabkan pemahaman Al-Qur’an menjadi kurang utuh dan parsial. Kemudian untuk menyikapi hal tersebut, maka penulis memperkenalkan seorang ahli tafsir dengan metodologi tafsir modern yaitu Muhammad Syahru>r.
Salah satu metodologi baru yang dikembangkan terkait dengan analisis linguistik, yaitu teori ‚Asinonimitas‛, di mana teori ini menyatakan bahwa setiap kata yang terdapat dalam Al-Qur’an tidak satupun memiliki makna yang sama, sekalipun di luar Al-Qur’an ditemukan memiliki makna yang banyak. Teori ini mengimplementasikan sebuah makna yang relevan terhadap lafaz}-lafaz} dalam Al-Qur’an, Penafsiran Al-Qur’an lebih obyektif dan rasional, dan mencerminkan penafsiran yang menampakkan ke i’ja>z-an Al-Qur’an.
Kemudian untuk memberikan kemudahan dalam penelitian ini, penulis menjelaskan kajian lafaz}-lafaz} Al-Qur’an dengan pendekatan linguistik, semantik dan historis-ilmiah dengan metode deskriptif analitis. Dalam pengaplikasian teori tersebut terhadap lafaz}-lafaz Al-Qur’an, Syahru>r menerapkan metode tarti>l yaitu dengan cara mengurutkan dan menghubungkan ayat-ayat tersebut secara tematis maka akan melahirkan pandangan yang objektif dan komprehensif.
Dalam penelitian ini, teori Asinonimitas Syahru>r mengaplikasikan lafaz} kita>bah dengan fari>dah, dan inza>l dengan tanzi>l. di mana lafaz} kita>bah digunakan hal pengajaran maupun takli>f (pembebanan) baik hal perintah dan larangan yang sifatnya bertentangan dengan fitrah manusia, dan lafaz} fari>dah digunakan ketika memberikan suatu ketetapan atau kewajiban dalam suatu ketentuan atau perintah yang dirasakan sulit dan beban bagi manusia, akan tetapi hal itu disertai dengan adanya rukhsh>ah (keringanan) dari Allah Swt. atau solusi serta jalan keluar dalam pelaksanaan ketentuan tersebut. Sementara Syahru>r menafsirkan inza>l bukan hanya menurunkan sesuatu yang berindikasi benda, namun lebih kepada merubah sesuatu yang awalnya tidak mungkin ditangkap oleh manusia menjadi sesuatu yang dapat dicerna setelah melalui proses ja’al (merubah atau membuat) dalam hal ini Al-Qur’an dirubah menjadi bahasa Arab. Sementara tanzi>l bukan hanya difahami turun secara bertahap, akan tetapi lebih kepada pemindahan sebuah materi (Al-Qur’an yang sudah melalui proses ja’al) berlangsung di luar kesadaran manusia untuk bisa dicapai secara langsung.
Teori ini tidak sependapat dengan Imam Sibawaih (w. 180 H), Muhammad Ibn Mustanir, al-Ashmu’i (w. 216 H), dengan menyatakan bahwa dalam bahasa Arab dan Al-Qur’an terdapat sinonimitas. Dan sependapat dengan Abu> ‘Ali Al-Fa>risi> (w. 395 H), Ibnu Fa>ris, Ibn Ziya>d al-‘Arabi>, Ibnu Jinni (w. 390 H) dan Abdul Qa>hir al-Jurja>ni (w. 471 H)atas pernyataan sikap menolak keberadaan sinonimitas dalam bahasa Arab dan Al-Qur’an, karena pada dasarnya tidak ada sinonim murni dalam Al-Qur’an, bahwa setiap element kata, struktur kalimat mengandung perbedaan. Sehingga apabila posisinya diganti dengan yang lainnya maka efektivitas, ketetapan
dan keindahannya akan menjadi hilang.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Andi Jumardi |
Date Deposited: | 18 Aug 2021 08:27 |
Last Modified: | 18 Aug 2021 08:30 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/24 |