Skripsi ini mengkaji tentang komunikasi budaya kato nan ampek dalam masyarakat Minangkabau baik dalam berbicara sehari-hari atau dalam dakwah. Di Minangkabau terdapat aturan berkomunikasi yang dinamakan kato nan ampek, dengan maksud sebagai empat ragam aturan berkomunikasi. Keempat aturan ini dibedakan atas dasar komunikan yang terdiri dari kato mandaki, kato mandata, kato manurun dan kato malereng.
Fokus penelitian ini adalah bagaiaman penggunaan atau penerapan kato nan ampek pada komunikasi di tengah-tengah masyarakat Minangkabau khususnya daerah Canduang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Masih banyak masyarakat khususnya daerah Canduang menerapakan atau menggunakan, namun ada juga beberapa dari kalangan masyarakat tidak menggunakan, berdasarkan situasi tertentu. Penggunakan kato nan ampek diberbagai aspek komunikasi, seperti bahasa tubuh, sentuhan, peribahasa, penampilan fisik, dan diam. Meskipun dibeberapa aspek penggunaannya adalah berdasarkan situasi tertentu.
Harapan dari penelitian ini adalah agar nilai-nilai kebudayaan khusus pada budaya kato nan ampek tidak hilang dan terus dilestarikan bagi masyarakat Minangkabau. Hal ini adalah salah satu cara dalam melestarikan budaya agar tidak terkikis atau hilang karna semakin banyak pengaruh dari budaya luar.