Kesimpulan tesis ini adalah bagaimana memahami esensi cerita atau kisah Nabi Musa yang sangat sarat akan nasihat, hikmah, dan pelajaran. Menarik benang merah dari tipe kepemimpinan Nabi Musa sebagai seorang utusan Allah SWT (penerima wahyu) yang mengemban misi utamanya menegakkan ketauhidan dan membebaskan kaum Bani Israil yang tertindas dari cengkraman penguasa Firaun yang zalim. Semua peristiwa yang dialami Nabi Musa mulai dari kelahiran, perjuangan kepemimpinan hingga wafatnya merupakan skenario Allah SWT sebagai petunjuk yang menjadi percontohan yang akan dialami umat sesudahnya. Keteladanan dari tipe kepemimpinan Nabi Musa selain tipe lain yang dimilikinya, beliau menitikberatkan pada tipe kepemimpinan teokrasi yang menjadikan kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tesis ini sejalan dengan konsep dari James H. Smylie yang merumuskan definisi teokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan di mana otoritas dan kekuasaan dianggap berasal dari Tuhan dan menganut paham bahwa urusan negara dan urusan agama tidak dibedakan. Sebaliknya penelitian ini menolak pendapat dari Robbins dan Coulter (2002) yang menyatakan bahwa pemimpin sebagai pemegang kekuasaan.
Metode penelitian dari tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode penafsiran yang digunakan adalah metode tafsir maudhu’I yang digunakan dalam menggali konsep tipe kepemimpinan Nabi Musa dalam Tafsir Al-Mishbah.