Saepudin, Saepudin (2018) Fir’aun: Antara Iman dan Kufur Perspektif Al-Qur’an. Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2018-SAEPUDIN-2015.pdf - Accepted Version
Download (2MB)
Abstract
Tesis ini menyimpulkan bahwa Fir„aun meninggal dalam keadaan beriman. Hal ini dibuktikan dengan temuan bahwa Fir‟aun ketika tenggelam dia diberi kesempatan untuk mengatakan ȃmantu annahu lȃ ilȃha illȃ al-ladzȋ ȃmanat bihi banȗ isrȃȋl wa anȃ min al-muslimȋn “saya beriman kepada tuhan yang diimani Bani Israil dan saya menjadi orang yang tunduk kepada Allah SWT. Perkataan ini sudah dianggap sebagai pengakuan iman yang sah karena telah mencakup dua unsur, yaitu, ikrar dengan lisan sebagai bukti kongkrit sekaligus membuktikan adanya unsur yang kedua yaitu pembenaran di dalam hati. Sebagaimana Ibrahim Mustafa (1370 H) mengatakan bahwa Îman adalah pembenaran di dalam hati -terhadap sesuatu yang wajib diimani dan didzahirkan dengan adanya ikrar.
Temuan lain dalam penelitian ini yaitu bahwa ikrar iman Fir‟aun adalah sebagai bukti dari do‟a Asiah sebagai istrinya “qurratu aini wa laka” dan Musa as kepada Allah SWT. Selain itu, ikrar iman yang diucapkan Fir‟aun tidak dalam masa gargarah, sehingga masih ada kesempatan untuk ia bertaubat dan keadaan masa akhir hidup adalah sebagai penentu.
Tesis ini sependapat dengan Ibnu Arabi (W.606 H), Abdurrahman Nuruddin (W. 898 H), dan al-Dawani (W. 1512 M), yang menyatakan bahwa bergegasnya Fir‟aun mengikrarkan iman dan ketundukan kepada Allah SWT adalah sebagai bukti kesungguhanya untuk beriman dan bukan sebagai keputusasaannya. Karena tidak mungkin ia bergegas untuk beriman seandainya tidak ada lagi harapan pada dirinya. Dan dinyatakan pula bahwa taubatnya diterima karena ia berikrar sebelum ruh sampau ditenggorokan.
Temuan tesis ini tidak sependapat dengan al-Thabari (w 923 M), al- Alusi (W. 1854), al-Razi (W. 925 M), Ibnu Asyur (1984), yang mengatakan bahwa ikrar yang diucapkan Fir‟aun saat diterjang ombak adalah hanya sekedar berharap untuk dapat selamat dari bencana tersebut, oleh sebab itu ungkapan tersebut adalah sebagai tanda keputusasaannya. Dan berbeda juga dengan al-Kurtubi (W. 1273M), dan al-Khazin (2004), yang menyatakan bahwa taubatnya Fir’aun tidak diterima oleh Allah SWT karena di saat itu sudah tidak ada lagi waktu untuk bertaubat.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Adapun metode yang digunakan adalah metode tafsir maudȗ‟ȋ dan metode historis-kritis-kontekstual. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan 200. Agama > 2X3. Aqaid, Aqidah, Akidah, Ilmu Kalam > 2X3.1. Iman Kepada Allah SWT, Allah SWT |
Divisions: | Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Andi Jumardi |
Date Deposited: | 19 Aug 2021 07:57 |
Last Modified: | 19 Aug 2021 07:57 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/47 |