Sidik, Arsit (2019) Implementasi Al-Amru Bi Al-Ma’rûf Wa An-Nahyu ‘An Al-Munkar Dalam Al-Qur’an (Studi Komparasi Antara NU Dan FPI). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2019-ARSIT SIDIK-2016.pdf - Accepted Version
Download (1MB)
Abstract
Kesimpulan dari tesis ini adalah bahwa amar makruf nahi mungkar menurut Al-Qur’an dan as-sunnah adalah menyuruh manusia untuk melakukan kebaikan yang dicintai oleh Allah dan mencegah dari perbuatan yang dibenci oleh Allah Swt. Bahkan agama Islam tidak akan berjalan dengan betul bila tidak ada yang mengemban amar makruf nahi mugkar. Akan tetapi dalam implementasi amar makruf nahi munkar oleh organisasi Islam, dalam hal ini penulis focus ke organisasi NU dan FPI. NU dalam amar makruf nahi munkar lebih megedepankan toleransi dan moderat, sedangkan FPI kadangkala menggunakan kekuatan. Dengan implementasi oleh dua organisasi tersebut terjadi gejolak di masyarakat, ada yang setuju apa yang dilakukan oleh FPI dan ada juga tidak, dan begitu juga dengan implementasi NU. Melalui tesis ini juga, Punulis juga mengatahui konsep amar makruf nahi mungkar Nahdhatul Ulamâ (NU) dan Front Pembela Islam (FPI). Nahdhatul Ulamâ dalam amar makruf nahi mungkar lebih mengedepankan langkah-langkah persuasif. Tidak berkenankan melakukan kekerasan dengan main hakim sendiri. Sedangkan Front Pembela Islam (FPI) dalam amar makruf hampir sama dengan konsep amar makruf NU, secara ‘amaliyyah ubûdiyyah, tradisi NU dan FPI sama, yakni sama-sama pelaku tradisi, sama-sama pengamal bid’ah. NU kunut, FPI kunut. Tarawihnya sama-sama 20 rakaat. Sama-sama gema shalawatan, tahlilan dan ziyarah kubur. Shalawatnya sama-sama pakai kata sayyidinâ. Karena itu, FPI pasti tidak cocok dengan aliran Islam yang mengusung agenda purifikasi. Dalam soal ini, FPI akur dengan NU. Secara harakah (gerakan), NU dan FPI cenderung bentrok. Dakwah NU mengusung prinsip tawassuth (moderasi), tasâmuh (toleransi), tawâzun (proporsional), dan i’tidâl (tidak berat sebelah). NU juga meyakini prinsip at-tadrî j fi at-tasyrî yaitu alon-alon, bertahap dalam dakwah dan mengamalkan syariat Islam. NU mengayomi budaya dan meyakini syariat Islam bisa diterapkan secara swadaya oleh masyarakat, tanpa legislasi dan campur tangan negara. Pemberlakuan syariat Islam yang perlu campur tangan negara, seperti hudud, bisa diganti dengan hukuman lain yang bisa diterima semua pihak. Dalam harakah, FPI punya titik temu dengan gerakan Islam transnasional yang mengusung agenda formalisasi syariat Islam. FPI juga resisten dengan adopsi budaya local sebagai mediun dakwah. karena itu, Muhammad Rizieq Husein Syihab dengan keras menolak diskursus Islam Nusantara. Metode penelitian yang digunakan adalah secara kepustakaan atau library research dengan menggunakan tafsîr maudhû’î , yaitu dengan membaca dan mempelajari secara kritis buku-buku terkait akan dibahas. Sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Siti Mariam |
Date Deposited: | 13 Feb 2022 02:11 |
Last Modified: | 13 Feb 2022 02:12 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/488 |