Kamaluddin, Ahmad (2021) Regulasi Emosi Berbasis Al-Quran Dan Implementasinya Pada Komunitas Punk Tasawuf Underground. Doctoral thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2021-AHMAD KAMALUDDIN-2016.pdf - Accepted Version
Download (2MB)
Abstract
Regulasi emosi berbasis al-Qur’an dalam disertasi ini mengusung teori psikosufistik, yakni teori yang membahas tentang tingkah laku manusia dari sudut pandang tasawuf yang mengedepankan pengembangan potensi batin (qalb) ke arah psikologis agar senantiasa dekat dengan Allah. Hal ini berdasarkan dari perintah Al-Qur’an kepada manusia untuk menggali potensi hati (qalb) untuk membangun hubungan vertikal dan horizontal dengan baik agar tercipta kesejahteraan diri (kebahagiaan) bagi individu. Kesejahteraan diri merupakan kondisi sejahtera yang mencakup emosi dan suasana hati yang positif (misalnya, kepuasan, kebahagiaan), tidak adanya emosi negatif (misalnya, stres, depresi, kegelisahan), memiliki kepuasan dengan kehidupan serta mampu menilai kehidupan secara positif. Disertasi ini mengungkapkan term Al-Qur’an tentang regulasi emosi yang mencakup empat model yaitu: 1) displacement, yaitu mengalihkan emosi kepada obyek lain seperti berdzikir. 2) adjusment, yaitu mengalihkan pikiran ke arah yang positif seperti husnuzzhon. 3) coping, yaitu menerima dan menjalani segala hal yang terjadi dalam hidup seperti muhasabah. 4) regresi, yaitu kembali kepada fitrah manusia seperti bertaubat. Hasil penelitian Disertasi ini adalah bahwa konsep psikosufistik dinilai dapat merubah sikap dan perilaku komunitas tasawuf underground yang sebelumnya melakukukan penyimpangan sosial, seperti mabuk, sex bebas, melakukan tindakan kriminal menjadi lebih baik dari aspek kepribadian (personaliity), kesejahteraan diri (well being), penerimaan diri (self accaptance), dan kesadaran diri (self awareness) sehingga dapat mengurangi kegelisahan hati dan tekanan psikologis mereka. Disertasi ini juga menemukan kesimpulan tentang regulasi emosi berbasis al-Qur’an, yaitu menggali potensi hati (qalb) dalam mengelola emosi agar tidak berlebihan dalam mengekspresikan gejolak emosional yang muncul. Disertasi ini mempunyai persamaan pendapat dengan Ibn Ath’aillah (w. 1309 M), al-Ghazali (w. 505 H), Carl Roger (w. 1987), Ibn ‘Asyur (w.
1973), Abdullah Hadziq (2005), Darwis Hude (2006), ‘Iyad Qarni (2007) Zakiah Daradjat (w. 2013), Said Aqil Siraj (2014), Dadang Hawari (w. 2020), yang menyatakan bahwa kesejahteraan individu tercipta dikarenakan kemampuan individu dalam mengembangkan potensi positif yang bersumber dari hati (qalb) dan kemampuan dalam mengendalikan potensi negatif yang bersumber dari hawa nafsu. Temuan Disertasi ini berbeda dengan pendapat dengan Sigmued Frued yang mengatakan bahwa kesejahteraan diri manusia terbentuk dari nafsu biologis (hawa nafsu).Disertasi ini juga berbeda dengan Calvin (w. 1564), Alport (1961), Ryff (1989), Kartini Kartono (1989), Sarlito Wirawan (1994), Stuart (2007), Videbeck (2008), Bastaman (1995), Subandi (2019) yang mengesampingkan potensi dasar (fitrah) manusia untuk kembali kepada agama dan Tuhan dalam memperoleh kebahagiaan. Mereka mengatakan bahwa kesejahteraan diri individu hanya dapat ditentukan dengan tiga faktor, yaitu pendidikan, keluarga dan lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan tafsir maudhu’i untuk menganalisa ayat-ayat yang berkaitan dengan regulasi emosi. Sedangkan untuk menganalisa sikap dan perilaku komunitas punk tasawuf underground digunakan pendekatan fenomenologi.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Siti Mariam |
Date Deposited: | 24 Mar 2022 02:35 |
Last Modified: | 24 Mar 2022 02:35 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/576 |