Kesimpulan disertasi ini: bahwasannya perundungan dapat dicegah dengan pendidikan karakter. Karakter yang dimaksud adalah karakter siswa, karakter keluarga, dan karakter guru. Pencegahan perundungangan tidak hanya berpusat pada siswa akan tetapi juga melibatkan peran keluarga dan
peran guru yang berada di lingkungan sekolah, karena realitasnya factor terjadinya perundungan di sekolah terkadang disebabkan guru dan ketidakpedulian keluarga. Dalam Al-Qur‘an, term perundungan disebut dengan al hamz dan al lamz (Al Humazah/104:1), as sukhriyyah (Al Hujarat/49:11), adh dhahak (Al Mutaffifin/83:29), al ghamz (Al Mutaffifin/83:30), an nabz (Al Hujarat/49:11), al ihtizâ (Al Baqarah/2:14), dan al adzâ (Al Ahzab/33:58). Sejarah juga menunjukan bahwa banyak ayat atau surat dalam Al-Qur‟an yang turun karena disebabkan adanya peristiwa perundungan, seperti kisah yang menyebabkan turunnya surat Al Baqarah ayat 212, At Taubah ayat 58, Al Hujarat ayat 11, surat Adh Dhuha, Al Kautsar, dan surat Al Lahab. Disertasi ini memiliki perbedaan dengan Dieter Wolke, Tumon, Ahmed, dan Braithwaite (2014) yang hanya melibatkan keluarga saja dalam menangani perundungan. Berbeda juga dengan Uswatun, Santoso (2018), dan Susana Fonseca Carvalhosa (2009) yang berpendapat bahwa pencegahan tindakan perundungan di sekolah dapat dilakukan dengan ecological model (Model Ekologi). Secara substansi, disertasi ini memiliki kesamaan dengan Zubaidi (2013) dan Yuyarti (2018) yang menjelaskan bahwa penanganan perundungan disekolah dengan Pendidikan dan penguatan karakter. Metode yang digunakan dalam disertasi ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dan pendekatan fenomenologi yang kemudian dilakukan analisa data dengan metode deskriptif naturalistic.