masih global dan tidak detail. Oleh karena itu, para mufassir seringkali menggunakan data-data sekunder, seperti kisah sr ‟ yy dan riwayat riwayat hadis untuk menjelaskan lebih dalam. Salah satu kitab yang menafsirkan kisah-kisah Nabi Adam dengan riwayat adalah Tamsjijjatoel- Moeslimien Fie Tafsieri Kalami Robbil-'alamien karya Ahmad Sanusi. Permasalahan muncul ketika autentisitas riwayat dan kisah-kisah sr ‟ yy tidak bisa dibuktikan ke-valid-annya. Pada sisi yang lain, autentisitas penafsiran menjadi topik yang diperdebatkan dalam kajian Uum A Qur’an. Semua itu bermula dari perbedaan pendapat mengenai subjektifitas dan objektifitas penafsiran. Sebagian tokoh mengatakan bahwa muffasir sulit untuk tidak subjektif. Sementara tokoh yang lain mengatakan penafsiran objektif dapat diraih dengan beberapa metode. Salah satu metode adalah s -m s rutentisit s sumber y ng diusung oleh Muh mm d yed Sebu h produk tafsir dapat dikatakan - (terinfiltrasi), jika sumber-sumber tafsirnya tidak valid. Teori ini yang digunakan penulis untuk menganalisa kisah-kisah Nabi Adam dalam Q.S. al-Baqarah/2:30-38 pada kitab Tamsjijjatoel-Moeslimien Fie Tafsieri Kalami Robbil-'alamien karya Ahmad Sanusi. Selain itu, penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode analisis-deskriptif. Pada penelitian ini, penulis menemukan beberapa data penafsiran Ahmad Sanusi yang terindikasi terdapat ad-Dakhil (susupan). Susupan yang terdapat dalam kitab Tamsjijjatoel-Moeslimien Fie Tafsieri Kalami Robbil- 'alamien terdapat tiga macam. Pertama, Ahmad Sanusi mencantumkan riwayat-riwayat hadis yang ‟ f (lemah) dalam menguraikan kisah Nabi Adam. Kedua, Pengarang kitab Tamsjijjatoel-Moeslimien Fie Tafsieri Kalami Robbil-'alamien sering mengutip kisah sr ‟ yy dari riwayat Wahb ibn Munabbih. Selain itu, ketiga, Ahmad Sanusi juga mencantumkan hadis m u ‟ (palsu) dalam menguraikan penafsirannya. Oleh karena itu, penafsiran kisah-kisah Nabi Adam dalam kitab Tamsjijjatoel-Moeslimien Fie Tafsieri Kalami Robbil-'alamien terindikasi riwayah