Farhan, Muhammad Mario (2022) MUTASYABIHAT DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARASI ANTARA TAFSIR KHAWATIR KARYA SYA’RAWI DAN TAFSIR AL-AZHAR KARYA HAMKA). Undergraduate thesis, Institut PTIQ Jakarta.
MUHAMMAD M.F - mario badaruddin.pdf - Accepted Version
Download (1MB)
Abstract
Di antara pemahaman pesan-pesan Allah SWT yang dipelajari adalah
muhkam dan mutasyabihat. Apabila seorang hamba tidak memahami dengan baik
pesan-pesan Tuhannya, maka akan menimbulkan permasalahan mendasar dalam
memahami pesan-pesan itu. Menurut Sya’rawi tentang Istawa ala ‘arsy,
bersemayam-Nya Allah SWT tidak dapat disamakan dengan manusia, karena
Allah SWT mempunyai sifat yang beragam. Penafsiran ini selaras dengan Hamka
yang memaknai istawa dengan bersemayam. ‘Arsy itu pun bisa diartikan sebagai
singgasana. Hamka juga mengartikan istawa sebagai kinayah (metafor) terhadap
bersemayam-Nya Allah SWT, dan juga tidak boleh bertanya terlalu jauh, karena
termasuk perbuatan bid’ah.
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui interpretasi
dalam tafsir Sya’rawi dan tafsir Al-Azhar tentang memaknai ayat-ayat istiwa’
yang menjelaskan tentang bersemayamnya Allah SWT, untuk mengetahui
mengetahui metode apa yang digunakan kedua mufassir dalam menafsirkan ayat-
ayat istiwa’ juga untuk mengetahui pandangan sesama penafsir yang
menggunakan metode adabi ijtima’i.Adapun penelitian ini merupakan penelitian
yang dilakukan secara pustaka (library research) yaitu dengan membaca karya
Mutawalli Sya’rawi dan karya Hamka sebagai data primer dan karya-karya yang
ditulis oleh penulis yang lain yang membahas keduanya. Dan kajiannya bersifat
deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan data-data yang ada kemudian
menganalisanya sesuai dengan yang terkait.
Kemudian setelah dilakukan penelitian tentang ayat-ayat mutasyabihat
bersemayam-Nya Allah SWT, dapat disimpulkan bahwa Hamka mengartikan
secara tekstual istiwa’ dengan bersemayam, sedangkan Mutawalli Sya’rawi
mengartikan istiwa’ dengan beberapa kata seperti menetap, di atas, tinggi, dan
naik ke atas. Sedangkan perbedaan dalam menyandarkan makna istiwa’ kepada
Allah SWT yaitu Hamka tidak terlalu jauh mentakwilkannya dari yang ia
sebutkan pemahaman makna istiwa’ secara tekstual yaitu bersemayam-Nya
seorang Raja. Penafsiran berbeda yang ditafsirkan Mutawalli Sya’rawi dalam
memahami ayat-ayat istiwa’ yaitu selesainya urusan yang dikehendaki oleh Allah
SWT dalam penciptaan makhluk-Nya.Sementara dalam menafsirkan ‘Arsy
Hamka mengartikan ‘Arsy secara tekstual yaitu singgasana, bahkan Hamka
berpatokan lafadz ‘Arsy ini kepada ayat al-Qur’an pada Q.S Hud [11]:7 bahwa
‘Arsy Allah SWT berada di atas air dan Q.S al-Haqqah [64]: 17 bahwa ‘Arsy
dipikul oleh delapan malaikat. Sementara Mutawalli Sya’rawi memahami ‘Arsy
sebagai stabilitas dalam kerajaan Allah SWT itu sendiri.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam > Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir |
Depositing User: | Syaiful Arief |
Date Deposited: | 21 Nov 2022 07:35 |
Last Modified: | 21 Nov 2022 07:35 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/758 |