Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang senantiasa terjaga baik dari
segi lafadz maupun maknanya karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling banyak
dihafalkan manusia di muka bumi ini. Tak ada satupun kitab suci yang dihafalkan
sedemikian rupa, mulai dari ayat per ayatnya, huruf dan bahkan sampai harakatnya.
Ia senantiasa diingat dalam hati dan fikiran para penghafal Al-Qur’an. Sehingga
menghafal Al-Qur’an menjadi salah satu upaya konkret dalam memeliharanya.
Apresiasi yang sangat tinggi perlu diberikan kepada lembaga-lembaga pendidikan
Islam yang menjadikan Tahfidz Al-Qur’an sebagai brand yang mampu membuat
masyarakat tertarik dan berlomba-lomba untuk memberikan pendidikan terbaik
kepada generasi selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, semakin jelas bahwa AlQur’an benar-benar memberikan makna konkret dalam kehidupan umat Islam. Dan
itu menjadi salah satu bentuk kajian penelitian terhadap Al-Qur’an yaitu Living
Qur’an.
Penelitian living Qur’an dalam skripsi ini yaitu membahas tentang praktik
Tahfidz Al-Qur’an dan resepsi santri. Objek penelitian bertempat di lokasi Pondok
Pesantren Al-Kamaliyyah Bogor. Pondok Pesantren Al-Kamaliyyah adalah pondok
pesantren swadaya masyarakat yang memiliki tujuan untuk mensyiarkan Al-Qur’an
kepada masyarakat sekitar. Uniknya, Pondok Pesantren memiliki Sebagian santri
dileksia yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Penelitian living
Qur’an ini pembahasannya lebih terfokus pada bagaimana praktik Tahfidz Al-Qur’an
dan bagaimana resepsi santri terhadap praktik Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Al-Kamaliyyah Bogor. Dalam penelitian ini pengumpulan data diperoleh melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Semua data dianalisis menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif, dengan memberikan pemaparan dari gambaran
mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian.
Hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu : Pertama, Praktik Tahfidz Al-Qur’an
di Pondok Pesantren Al-Kamaliyyah Bogor ini adalah, setiap Senin s/d Jum’at.
Adapun metode yang digunakan adalah 1) Binazar, 2) Khataman Al-Qur’an dengan
metode Famy Bisyauqin, 3) Bilghoib/setoran, 4) Murajaah, 5) Tasmi’/Sima’an.
Sedangkan untuk kelompok Disleksia dibedakan dengan 1) Binazar, yaitu membaca
dasar Al-Qur’an (iqro’/jilid) dan 2) Talaqqi. Kedua, Resepsi santri dalam teori Karl
Mannheim, maka makna yang diperoleh adalah makna objektif sebagai upaya untuk
menjaga dan mensyiarkan Al-Qur’an serta bentuk kepatuhan santri terhadap peraturan
yang ditetapkan, makna ekspresif dari pelaku tindakan, diantaranya : 1) Sarana
pendekatan diri kepada Allah SWT, 2) Mendapat keberkahan dari guru, 3) Terjaga
Akhlaqnya (menjadi lebih berhati-hati dalam bersikap dan bertuturkata), 4)
Membanggakan kedua orangtua, 5) Menunjang prestasi-prestasi yang lain. dan makna
dokumenter sebagai suatu tradisi.