Berdasarkan data yang penulis temukan, jumlah penyintas gangguan kesehatan
mental semakin bertambah setiap tahunnya, bahkan banyak diantara mereka yang berani
melakukan bunuh diri lantaran tidak bisa membendung dan mengontrol jiwanya ketika
ditimpa gangguan tersebut. Salah satu yang mempengaruhi hal tersebut adalah tidak
dijadikannya agama sebagai pondasi dan panduan hidup.
Dalam tulisan ini, Penulis berupaya untuk meninjau kembali permasalahan tersebut
dengan menyajikan tulisan ilmiah menggunakan metode “Tafsir Maudhui” sebagai pisau
analisis. Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan studi kepustakaan (library research)
sebagai metode penelitian, yaitu mencari data-data dari referensi yang berhubungan dengan
masalah ini dan pola deduktif yaitu analisis yang berangkat dari pengetahuan umum atau
data yang bersifat umum, untuk mencari kesimpulan-kesimpulan yang bersifat khusus.
Ketika berbicara masalah psikoterapi, di dalam Al-Qur’an, ternyata banyak
ditemukan ayat-ayat yang mengandung nilai-nilai psikoterapi, diantaranya psikoterapi sabar,
salat, zikir puasa dan doa. Kelima hal tersebut bermuara pada satu titik yaitu ketenangan
jiwa. Orang yang tenang jiwanya adalah mereka yang terbebas dari gangguan mental, sebab
munculnya gangguan mental tersebut bersumber dari jiwa yang gelisah, jiwa yang
mempunyai keinginan di luar batas kemampuan dirinya.
Psikoterapi yang terkandung di dalam Al-Qur’an tersebut membutuhkan perhatian
khusus dan kajian yang mendalam, karena di zaman modern ini semakin banyak orang yang

tidak menjadikan agama sebagai panduan hidup. Dengan adanya psikoterapi perspektif Al-
Qur’an, setidaknya dapat membantu seseorang untuk keluar dari kegelisahan jiwanya,

sehingga ia dapat menjalankan hari-harinya secara produktif.