Pada era disrupsi, manusia dihadapkan pada fenomena matinya kepakaran. Fenomena ini adalah konsekuensi dari adanya era disrupsi yang mengakibatkan serangan terhadap pengetahuan yang telah mapan dan dampak buruk penerimaan informasi sehingga orang awam bersikap merendahkan intelektual dan saran dari para pakarnya. Tom Nichols memotret dengan baik realitas tersebut dalam bukunya, The Death of Expertise. Ia menunjukkan bagaimana pendapat yang salah dianggap sebagai kebenaran, dan bagaimana pihak-pihak yang seharusnya memberikan pencerahan, seperti perguruan tinggi, media hingga kalangan pakar itu sendirimalah ikut dalam menyerang kepakaran itu sendiri.
Tesis ini mencoba mencari solusi terhadap fenomena matinya kepakaran dengan melakukan kajian terhadap penafsiran para ahli tafsir pada ayat-ayat yang relevan dengan fenomena ini. Tesis ini termasuk penelitian kualitatif dimana pengumpulan datanya dilakukan dengan metode library research. Selain itu, penulis menggunakan metode tafsir maudhû’i (tematik) dimana penulis menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai surah yang berkaitan dengan persoalan matinya kepakaran, lalu menelaah berbagai literatur tafsir terkait ayat-ayat tersebut sehingga ditemukan serangkaian solusi yang diasumsikan dapat menngatasi fenomena matinya kepakaran.
Penulis menemukan bahwa meningkatkan mutu musyawarah adalah salah satu solusi matinya kepakaran, dimana matinya kepakaran disebabkan oleh kualitas komunikasi pakar-masyarakat awam yang buruk. Karena itu, musyawarah yang bermutu harus menjadi budaya masyarakat dalam berkomunikasi. Sehingga komunikasi antara pakar-masyarakat awam dapat kembali terarah. Selain peningkatan mutu musyawarah, tesis ini juga mendeskripsikan solusi yang berhubungan dengan pakar, pejabat publik dan masyarakat awam. Dengan menerapkan solusi-solusi tersebut secara sistematis, kualitas demokrasi kembali meningkat dan fenomena matinya kepakaran ini akan lambat-laun akan teratasi.