Arip, Ahmad Rifai (2019) Isti’ârah dalam Al-Qur’an (Studi Pemikiran Ibnu Âsyûr tentang Isti’ârah dalam Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr Q.S. Al-Fajr). Masters thesis, Institut PTIQ Jakarta.
2019-AHMAD RIFAI ARIP-2015.pdf - Accepted Version
Download (1MB)
Abstract
Isti‟ârah (metafora) adalah salah satu seni pengungkapan makna dalam bentuk gambaran imajinatif yang dikemukakan pada sebagian ayat- ayat al-Qur‟an. Al-Isti‟ârahadalah bagian darial-majâzal-lughawy yang alâqah-nya musyabbahah (penyerupaan). Prinsip penggunaan isti‟ârah dalam al-Qur‟an yaitu bertujuan untuk menarik perhatian para pendengar dan pembaca al-Qur‟an. Sehingga dengan unsur balâgah dan keindahan kata serta maksud di dalamnya dapat menyentuh jiwa.
Penelitian ini berfokus pada penafsiran Ibnu Âsyûr dalam kitabnya, Tafsîr al-Tahrîrwaal-Tanwîr, terhadap ayat yang mengandung isti‟ârah dalam surat al-Fajr. Yang mana penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep isti’ârah Ibnu Âsyûr dalam kitab Tafsîr al-Tahrîrwaal-Tanwîr terhadap tafsir al-Qur’an surat al-Fajr. Sebagaimana diketahui bahwa surat al-Fajr adalah salah satu surat yang banyak menggunakan kalimat isti’ârah.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang mengarah kepada penjelasan model deskriptif analisis. Yaitu mengklasifikasikan ayat - ayat yang mengandung isti‟ârah, menjelaskannya, dan membandingkannya dengan penafsiran mufassir lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perbandingan dengan mengumpulkan data melalui metode studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dalam surat al-Fajr terdapat tujuh ayat yang mengandung isti‟ârah. Tujuh ayat tersebut memiliki tiga bentuk penafsiran Ibnu Âsyûr terhadap ayat yang mengandung isti‟ârah (dari empat kriteria). Pertama,menggunakan kata isti‟ârah atau bentuk kata (shigat) lain dari kata isti‟ârah, yaitu menggunakan kata isti‟ârah pada satu ayat dan pada enam ayat lainnya menggunakan katamusta‟âr. Kedua, menyebutkan beberapa makna yang terdapat dalam bentuk isti‟ârah. Dan ketiga, menyebutkan kemungkinan bentuk lain selain isti‟ârah. Kemudian penafsiran tujuh ayat tersebut dibandingkan dengan empat tafsir, yaitu tafsir al-Kasysyâf karya Zamakhsyari, al-Muharraral-Wajîz karya Ibnu Athiyyah, Mafâtîh al-Ghaibkarya al-Razi, dan Rûh al-Ma‟âniy karya al-Alusi. Dari keempat tafsir tersebut tidak ada yang menyamai penafsiran Ibnu Âsyûr terhadap ayat yang mengandung isti’ârah, yaitu menjelaskannya dengan menyebut kata isti’ârah atau bentuk kata (shigat) lain dari kata isti‟ârah. Sehingga dengan cara ini para pembaca dengan mudah menemukan ayat yang mengandung isti’ârah. Jadi, konsep isti‟ârah yang diungkapkan Ibnu Âsyûr lebih istimewa dari pada mufassir lainnya sehingga disebut dengan isti‟ârah mumtâzah.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | 200. Agama > 2X1. Al-qur'an dan Ilmu yang Berkaitan |
Divisions: | Pascasarjana > Tesis > Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Andi Jumardi |
Date Deposited: | 24 Aug 2021 07:51 |
Last Modified: | 24 Aug 2021 07:51 |
URI: | https://repository.ptiq.ac.id/id/eprint/98 |